Jakarta, Aktual.com – Pengamat Sosial Sarekat Hijau, Lim Mei Ming mengatakan, rencana penggusuran Kampung Luar Batang, Pasar Ikan dan Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), akan menghilangkan kekayaan sejarah Indonesia.

“Ahok bagai “ngebom” kekayaan bangsa,” ucapnya saat dihubungi Aktual.com di Jakarta, Jumat (8/4).

Menurut Mei Ming, Ahok yang pro terhadap kapitalis metropolitan, menganggap tiga kawasan tersebut tidak elit alias kumuh. Oleh sebab itu, Ahok sangat berambisi untuk menggusur tiga kawasan tersebut untuk dibangun tempat yang menurutnya lebih elit.

Mei Ming menjelaskan, Kampung Luar Batang dan Pasar Ikan adalah suatu wilayah yang sarat akan kehidupan sejarah, bukan hanya bangunannya saja, namun masyarakat disekitar yang budayanya terakulturasi hingga saat ini.

“Itulah yang bernilai. Sejarah itu makna waktu, itu yang buat tempat-tempat di eropa jadi tujuan wisata. ‘Keren’ justru karena tatanan Kota Tua, Sunda Kelapa, tidak terkecuali makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus, yang artinya ada jejak leluhur. Terus masjid, itu kan kebutuhan dari suatu masyarakat sekitar, bukan karena masjid masyarakat ada, itu kebalik. Bagaimana bergulirnya nilai di masyarakat yang akhirnya menciptakan tempat ibadah,” papar dia yang akrab dipanggil Mei-Mei.

Sebab itu, menurutnya, niat Ahok untuk mempercantik kawasan tersebut dengan cara menggusur dan memodernisasikan paksa adalah salah kaprah.

Mei Ming memberikan solusi kepada Ahok, untuk tidak menggusur tiga kawasan tersebut.

Menurut Mei Ming, seharusnya Ahok menggelontorkan uang APBD kepada warga di tiga kawasan tersebut untuk berbenah secara mandiri.

“Harusnya dirapihkan saja, bukannya digusur. Pakai dong uang APBD untuk membina masyarakatnya, jangan dipakai untuk gusur masyarakatnya. Kasih dana, kasih waktu masyarakatnya menata kawasannya sendiri,” paparnya.

Jika Ahok memaksa untuk menggusur tiga kawasan tersebut, Mei Ming balik bertanya apakah tempat tersebut nantinya bisa langsung dijadikan tempat wisata? Bahkan, kata Mei Ming, kawasan Kalijodo yang beberapa waktu lalu diratakan dengan tanah, hingga saat ini masih belum terlihat ada pembangunan.

“Toh, kalau sekarang diratain, emang bisa disulap langsung jadi tempat wisata? nggak kan? Kalijodo dah berapa bulan masih aja jadi lautan rongsok,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh: