Jakarta, Aktual.com — Maraknya penjualan minyak Solar industri yang ditengarai jauh lebih murah dibandingkan dengan Solar subsidi yang dijual PT Pertamina (Persero) di SPBU terus menuai kritik dari berbagai elemen masyarakat.
Praktek penjualan Solar yang lebih murah ke Industri dinilai justru mengorbankan masyarakat umum karena dengan dalih mendapatkan subsidi dari pemerintah justru mendapatkan harga yang lebih mahal.
Parahnya, Pertamina justru berkilah jika selama ini mahalnya BBM Subsidi jenis Solar yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) di SPBU meski harga minyak dunia terus merosot diakui oleh pihak Pertamina karena ingin menutupi kerugian di sektor hulu.
Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto membenarkan, jika sampai saat ini Pertamina memang menahan harga BBM untuk tidak turun.
“Jadi Pertamina melakukan subsidi silang dari sektor hulu dan hilir ketika harga minyak dunia mengalami penurunan. Keuntungan yang diperoleh di sektor hilir digunakan untuk menutupi kerugian disektor hulu ” ungkapnya, Rabu (20/1) kemarin.
Dwi menuturkan, saat harga minyak menurun hingga US$27 per barel, biaya produksi minyak pertamina sekitar US$22-US$24 per barel. Namun biaya tersebut belum ditambah dengan biaya transportasi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya harga minyak dunia yang terus merosot di bawah USD30 per barel akhir-akhir ini, sudah semestinya berimbas pada menurunnya harga jual bensin maupun solar. Bahkan harga Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD40 per barel, yang artinya jika dirupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak).
Jika dihitung ongkos kirim katakanlah USD3 per barel (Rp300/liter) dan PPN 10% (Rp380/liter) ditambah PBBKB 5% (Rp190/liter) maka semestinya harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp4.370-Rp4.500 per liter. Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp5.750 per liternya (Harga keekonomian: Rp6.750 per liter) ada selisih harga Rp2.380 dari harga keekonomian (selisih Rp1.380 dari harga subsidi). Keuntungan yang sangat besar tentunya yang diraih oleh Pertamina dari masyarakat.
Maka sangat tidak menutup kemungkinan ada pihak yang berani menjual harga solar non subsidi di bawah harga solar subsidi.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan