wakil Gubenur DKI Jakarta 2007-2012 Mayjen TNI (purn) Prijanto (kiri), Sekjen MIUMI Ustad Bachtiar Nasir(tengah), Ketua DPP HTI Ustad Rokhmat S Labib (kanan) saat menjadi pembicara diskusi di gedung Joang 25, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2016). Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahir Indonesia dalam mengambil tema " Tolak Ahok, Tolak Pemimpin Kafir?

Jakarta, Aktual.com — Aktivis Sosial dan Kemanusian Abdulrachim Kresno meenyarankan, agar para pemimpin partai politik (Parpol) berpikir jernih jika ingin mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.

Sebab, dia meyakini Ahok akan bertindak sewenang-wenang nantinya. Perkiraan ini tidak berlebihan jika ditinjau sepak terjang Ahok selama ini, yang cenderung bersifat khianat kepada siapapun, bahkan kepada undang-undang sekalipun.

“Memang pada awalnya tentu ada janji-janjih manis yang diucapkannya. Namun apabila sudah terpilih, kedudukannya secara hukum kuat sampai 5 tahun lagi, maka Ahok akan menjadi semaunya sendiri. Bahkan bukan hanya akan mengkhianati partai-partai pendukungnya dan masyarakat pemilihnya saja, tetapi melihat pengalaman di kasus reklamasi Pantai Utara Jakarta, perundang-undangan pun dikhianati, putusan pengadilan PTUN pun dikhianati. Artinya negarapun dikhianati,” kata Abdulrachim, Sabtu (20/8)

Dia menceritakan karir politik Ahok dimulai sejak menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur 2004-2009 dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB ). Baru satu tahun menjadi anggota DPRD, sudah meninggalkan posisinya dan tanggung jawabnya, yang kemudian mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur dari PPIB dan PNBK dan terpilih untuk masa jabatan 2005-2010.

Setelah itu, baru 2 tahun menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, dia pun loncat lagi mencalonkan diri sebagai Gubernur Bangka Belitung untuk periode 2007-2012, tetapi kalah. Kemudian menyatakan diri mau mundur dari politik dan mau menjadi pendeta kepada Kartini Syahrir Ketua Umum PPIB.

Namun pada kenyataannya, itu hanya alasan Ahok untuk mundur dari PPIB untuk masuk menjadi anggota Golkar dan mengejar menjadi anggota DPR RI 2009-2014. Setelah berhasil menjadi anggota DPR RI 2009-2014 dari partai Golkar, belum selesai menunaikan tugasnya dia pun segera meninggalkan Golkar.

Kemudian dia mendekati partai Gerindra untuk bisa menjadi Cawagub DKI berpasangan dengan Jokowi yang mencalonkan diri sebagai Cagub DKI. Berhasil menjadi Wakil Gubernur DKI yang kemudian naik menjadi Gubernur DKI karena Jokowi menjadi Presiden, maka Ahok kembali mengkhianati Prabowo dan Gerindra yang telah mengantarnya menjadi Wagub dan kemudian menjadi Gubernur DKI, dengan menyatakan keluar dari Gerindra.

“Dari fakta-fakta yang ada membuktikan bahwa pengkhianatan yang berkali-kali kepada partai pengusung dari sejak PPIB, Golkar, Gerindra, kemudian juga tidak menyelesaikan tugasnya dari sejak menjadi anggota DPRD Belitung Timur, Bupati Belitung Timur, anggota DPR RI dan pengkhianatan kepercayaan dari masyarakat pemilihnya telah menjadi karakter yang melekat kepada pribadi Ahok,” ujar Abdulrachim.

Laporan: Dadang Syah

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu