Jakarta, Aktual.com — Pengamat hubungan internasional Zarmansyah meragukan jika aksi teror yang terjadi di Prancis merupakan perbuatan dari kelompok ISIS.
Pernyataan Presiden Prancis Francois Hollande yang menyebut ISIS adalah pelaku teror dianggap hanya untuk menenangkan warganya.
“Ini untuk bisa menjawab pertanyaan publik saja, untuk menenangkan,” kata Zarmansyah, Minggu (15/11).
Menurut dia, teror yang terjadi di Paris murni persoalan homeland security Prancis, yang berpengaruh terhadap peran intelijen sebagai mata dan telinga.
“Kalaupun ISIS tidak akan bergerak tanpa adanya peluang dari dalam. Peluang dari dalam yang men-trigger,”
“ISIS tidak akan bisa bergerak semudah itu, karena Prancis adalah negara yang sangat digdaya di Eropa,” tambahnya.
Zarmansyah menjelaskan bahwa ada empat persoalan yang sat ini terjadi di Prancis. Pertama, kesenjangan antara Paris Utara (kaya) dan Paris Selatan (miskin). Kedua, persaingan antara kelompok politik.
Ketiga, polarisasi sikap masyarakat terkait independensi Uni Eropa terhadap Amerika Serikat. Keempat, persoalan bagaimana keterlibatan Perancis di Suriah. Sebagaimana diketahui Rusia sudah terlibat mem-back-up rezim Assad.
“Konfigurasi dari semua persoalan ini kemudian men-trigger homeland security Prancis menjadi mandul, sehingga terjadi tragedi berdarah yang sangat memalukan. Baru kali ini terjadi seperti ini dalam sejarang Prancis.”
Artikel ini ditulis oleh: