Mantan Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli, saat diskusi Aktual Forum dengan tema Nasib Perusahaan "Plat Merah" Di Bawah Kebijakan Rini Soemarno di Jakarta, Minggu (13/5/18). Perusahaan BUMN seharusnya bisa menjadi pengerak ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Seperti China, dulu BUMN motornya bibarengi swasta, tapi Indonesia terbalik, dengan segala kelebihan yg terjadi, BUMN kita malah jadi faktor yang memperlambat ekonomi, karena jadi alat kekuasaan dan pengelolaannya tidak profesional. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ekonom Indonesia yang juga sebagai mantan Menko Ekonomi dan Menko Maritim, Rizal Ramli dengan gamblang mengatakan bahwa kebijakan impor pangan sangat kental modusnya sebagai jalan pencarian rente untuk pembiayaan politik 2019.

Sebagaimana diketahui akhir-akhir ini, Dirut Perum Bulog Budi Waseso dan Kementerian Pertanian (Kementan) menolak keputusan Menteri Perdagangan (Mendag) menambah impor beras sebanyak 500 ribu ton.

“Yang terjadi, di belakang inisiatif impor ada yang selalu ingin cari uang gampang. Impor pangan sumber politik besar,” kata Rizal saat ditemui di Jakarta, ditulis Sabtu (19/5).

Rizal menuturkan, salah satu orang yang pernah menjadi Menteri Perdagangan mengakui ada pihak yang menawarkan bagian keuntungan dari jatah impor pangan.

Ada pula orang yang langsung jor-joran membuka keran impor pangan begitu diangkat menjadi Menteri Perdagangan.

“Salah seorang Mendag cerita, dia seminggu ditawarin dapat kuota daging, gula, garam, bawang putih. Ada Mendag yang jor-joran seminggu diangkat dia impor,” ujar Rizal.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta