Jakarta, Aktual.com – Terbongkarnya kasus skandal impor minyak oplosan dari Glencore memberikan suatu kenyataan bukti bahwa PT Pertamina (Persero) belum mampu lepas dari praktek mafia pemburu rente. Perusahaan ini masih terbelenggu oleh oknum yang piawai bermain didalamnya.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mengamati pembubaran Petral sebelumnya yang digembar gemborkan sebagai upaya pembersihan mafia, hanyalah bentuk kebohongan dan tidak membuahkan hasil apa-apa.
“Salah satu pertimbangannya pembubaran Pertal adalah karena banyak dikendalikan oleh mafia migas dan menambah mata rantai suplai pengadaan sehingga tidak efisien, kemudian katanya bahwa Pertamina akan membeli langsung minyak ke Produsen/NOC dan Kilang luar negeri untuk produk BBM, maka sekarang kita menyaksikan kebohongan direksi Pertamina, malah lebih banyak tradernya yang menang kontrak daripada Produsen/NOC,” kata Yusri, Minggu (2/10).
Dia mengungkapkan, dari total 8 kargo untuk kebutuhan kilang Pertamina yang dipesan pada September, 6 kargo diborong oleh trader dan hanya 2 kargo oleh NOC.
“Adapun fakta yang terungkap dari dokumen ternyata untuk trader Glencore 5 kargo dan Vitol 1 kargo, sedangkan NOC yaitu Shell 1 kargo dan Statoil 1 kargo,” ujar Yusri.
Oleh karenanya, dia mendesak Pertamina melakukan evaluasi secara terbuka dan menjatuhkan sanksi blacklist terhadap trader Glencore yang telah memainkan komposisi minyak.
Kemudian dia juga meminta penegak hukum untuk bertindak dan tidak mendiamkan kasus minyak oplosan dari Glencore yang menyebabkan kerugian bagi Pertamina.
*Dadang
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta