Denpasar, Aktual.com – Satu hari jelang perayaan Nyepi, umat Hindu Bali mengarak ogoh-ogoh keliling kota. Hampir setiap sudut jalan di Pulau Bali, mulai Kota Denpasar, Gianyar, Tabanan, Badung dan seluruh kabupaten-kota lainya melakukan hal sama.
Namun, kita tak akan menemukan arak-arakan ogoh-ogoh di Desa Pakraman Renon. Ya, sejak tahun 1995 silam, Desa Pakraman Renon tak membuat ogoh-ogoh lagi. Sebabnya bisa jadi membuat bulu kuduk berdiri. Tiap desa ini membuat ogoh-ogoh, boneka raksasa itu hidup!
Bendesa Desa Pakraman Renon Made Sutama menjelaskan, pada pelaksanaan pawai ogoh-ogoh pertama kali sejak hari raya Nyepi diakui sebagai libur Nasional pada 1986, Desa Pakraman Renon yang terdiri dari empat banjar juga ikut dalam uforia arak-arakan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh selesai dibuat. Prosesi upacara sebelum ogoh-ogoh diarak keliling kota usai dilakukan. Kejadian aneh muncul.
”Cuma pada saat diupacarai, ogoh-ogoh itu kan sebelum diarak diupacarai dulu, pada saat itu ogoh-ogoh itu hidup,” kata Sutama, Minggu (26/3).
Pemuda yang sudah siap mengarak ogoh-ogoh itu pun tak berani mengangkatnya. Alhasil, ogoh-ogoh itu dibakar. “Akhirnya di-prelina atau dibakar kembali, tidak jadi diarak.”
Peristiwa mistis kembali terjadi ketika terjadi peristiwa kesurupan di beberapa tempat berbeda. Dari petunjuk orang-orang yang kesurupan, didapati petunjuk jika desa itu tak diperkenankan mengarak ogoh-ogoh.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu