Seak peristiwa ogoh-ogoh hidup pada tahun 1995, hingga saat ini Desa Pakraman Renon tak lagi membuat ogoh-ogoh.‎ “Sejak tahun 1995 kita sudah tidak buat ogoh-ogoh lagi.”

Sebagai penggantinya, sesuai sarana Hindu dilakukan ritual keagamaan, yakni api penerangan yang terbuat dari janur kering atau bisa juga dari obor.‎ Dalam ritual itu juga ada bunyi-bunyian dari kentongan dan gamelan yang dibawa sekelompok anak muda.

“Ada juga bawang merah yang diyakini memiliki nilai spiritual penolak bala. Itu sarananya. Kita saat malam pengerupukan hanya membawa kentongan, obor, bawang merah dan bleganjur (gamelan Bali,” demikian Sutama. [Bobby Andalan]

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu