Kupang, Aktual.co — Sebanyak 107 warga Desa Oebaki dan Enonabuasa, Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Nusa Tenggara Timur (NTT) diserang diare. 
Penderita yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa itu terserang diare sejak tiga pekan terakhir.  
“Dari 107 penderita, tiga oranga diantaranya dilaporkan telah meninggal dunia. Korban yang meninggal dunia adalah Katarina Snae (80), Nitnael Liunokas (85) serta Yodi Benu yang berusia 1,6 tahun. Bila tidak ditangani secepatnya, diperkirakan korban akan terus bertambah,” kata Anggota DPRD NTT Jefry Unbanunaek di Kupang, Selasa  (27/1). Menurut dia, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Posko pelayanan di Kecamatan Noebeba, saat ini pemerintah setempat melalui Dinas kesehatan hanya meminjamkan satu unit mobil untuk operasional. Mobil itupun akan ditarik kembali ke Kota Soe, Ibu Kota Timor Tengah Selatan.
Korban diare dari dua desa itu sulit mendapatkan pelayanan karena terkendala sarana angkutan. Padahal jarak dari Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan ke kecamatan Noebeba hanya 25 kilometer dengan waktu tempuh sekitar satu jam.
“Sangat disayangkan karena Dinas Kesehatan Kabupaten TTS enggan menyatakan 107 kasus diare itu masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Semestinya, pemerintah di daerah berani mengungkap fakta sesungguhnya musibah yang melanda ratusan warga tersebut,” tegasnya. 
Pemerintah TTS dinilai gengsi menyatakan 107 warga yang terserang diare itu masuk kategori KLB, apalagi sudah ada yang meninggal dunia.    
Kata dia, jika musibah itu dilaporkan sebagai KLB maka akan ada intervensi dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT, karena kasus diare di dua desa itu sangat tinggi sehingga berpeluang untuk menular ke desa lainnya di wilayah itu. 
“Sebaiknya DPRD TTS mendesak pemerintah untuk tidak malu menyatakan 107 kasus diare itu adalah KLB. Jika musibah itu masuk kategori KLB maka lebih gampang penanganannya,” tegas Jefri.
Nikson Ataupah, petugas Sanitasi di daerah itu membenarkan ratusan warga menderita diare karena faktor lingkungan. Misalnya, kebiasaan warga BAB tanpa water closed (WC) dan mengkounsumsi air yang tidak dimasak. 

Artikel ini ditulis oleh: