Pemerintahan baru akan menghadapi tiga masalah sulit. Yang pertama, oposisi yang kuat dan agresif. Tapi bisa jadi counterpart check and balances.
Kedua, warisan SBY yang bisa jadi bom waktu, quatro (4) defisits. Yakni defisit perdagangan, current accounts, balance of payments dan APBN.
Media ramai hanya soal APBN, padahal yang paling berbahaya defisit current accounts. Ini yang akan membuat rupiah anjlok 13.000 per dollar AS sampai Desember 2014.
Pejabat tinggi ekonomi mengerti korporasi dan proyek, tapi tidak paham ekonomi makro. Bagai pilot salah pencet instrument di kokpit. Jadi semakin terpuruk.
Warisan quatro deficits SBY buat makro ekonomi lampu kuning. Prioritas pemerintah baru, kembalikan kondisi fundamental ekonomi lampu hijau.
Ketiga, ekonomi Asia seperti China dan Jepang sedang alami koreksi dan pelambatan.Tapi ini juga momentum untuk menjadi top performer di Asia.
APBN 2015 yang disiapkan SBY dan Chatib Basri penuh jebakan batman yang mewariskan masalah dan nyaris tidak ada ruang fiskal untuk program Jokowi.
Prioritas penting Jokowi adalah membongkar APBN 2015 yang penuh masalah dengan terobosan inovatif agar ada ruang fiskal untuk program pro-rakyat.
Perhitungan kami, dengan membuat BBM rakyat dan prinsip subsidi silang, dan kebijakan terobosan, bisa disediakan tambahan ruang fiskal Rp500 triliun.
Di luar APBN, revaluasi aset BUMN (Rp450T) akan meningkatkan nilainya 2-3 kali. Seperti yang saya lakukan di PLN tahun 2000, aset PLN naik 4 kali lipat, diatas 200T. Modal PLN naik dari -9 triliun menjadi +103 triliun.
Dengan revaluasi, modal BUMN akan meningkat sangat besar, kapasitas pinjaman BUMN tambah 100 milar dolar AS. Seperti di China BUMN akan jadi motor pembangunan Indonesia.
Oleh Eks Menko Perekonomian Rizal Ramli