Berlatar belakang di masa penjajahan tahun 1942-1947. Mengkisahkan kehidupan ulama kharismatik KH Hasyim Asy’ari seorang pendiri Nahdlatul Ulama
Pendudukan Jepang saat itu tidaklah lebih baik dari Belanda. Jepang melarang rakyat mengibarkan bendera merah putih, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta memaksa rakyat melakukan Sekerei. KH Hasyim Asyari sebagai tokoh besar agama saat itu menolak untuk melakukan Sekerei karena menyimpang dari aqidah agama Islam. Karena tindakannya itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.
Terjadi perbedaan antara KH Wahid Hasyim, salah satu putra beliau dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari menyikapi penangkapan KH Hasyim Asyari. KH Wahid Hasyim ingin meyelesaikan masalah ini dengan cara diplomasi, tidak dengan Harun, Dia memercayai hanya dengan kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah itu.
Tidak sampai disitu, penderitaan rakyat semakin di perparah dengan adanya paksaan dari Jepang. Rakyat diwajibkan menyetor hasil cocok tanamnya ke pihak Jepang, padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras.
Diluar Indonesia tersiar kabar bahwa Jepang sudah kalah perang, dan di saat yang sama sekutupun mulai datang. Disinilah KH Hasyim Asyari membantu Soekarno sebagai presiden mengeluarkan resolusi jihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tanpa rasa takut barisan santri dan rakyat di Surabaya melawan penjajah dengan semangat berani mati.