“Berdasarkan catatan, produksi madu di tanah air masih rendah, sehingga harus mengimpor sebesar 70 persen dari kebutuhan nasional atau sekitar 3 ribu ton madu per tahun,” paparnya.

Sebagai upaya mengedukasi masyarakat, sejumlah orang dari berbagai latar belakang yang tergabung dalam komunitas bernama Kodusa 21 memberikan pemahaman pentingnya mengonsumsi madu asli.

“Kami membuat blog, Instagram, menjelaskan bagaimana memilih madu. Bicara panen, metode pemeliharaan lebah dan sebagainya. Itu menjadi bahan edukasi paling utama supaya masyarakat jangan tertipu membeli madu palsu,” tutur Ade.

Menurut dia, pengetahuan masyarakat Indonesia memilih madu berkualitas sangat minim. Hal ini, karena informasi mengenai madu sangat beraneka ragam.

Melalui situs pencari di internet, kata dia, memang dapat diketahui mengenai madu. Namun, menurut dia, tidak pernah dibicarakan apakah madu yang diperjualbelikan aman untuk dikonsumsi.

“Walaupun sudah ada izin Dinas Kesehatan, BPOM, tetapi kami tidak tahu parameter yang dipakai. Akhirnya, kami menjelaskan kepada masyarakat memilih madu bukan hanya kelihatan dari bentuk, tetapi dari rasa dan bau. Madu tidak semua sama berbeda-beda, warna beda setiap panen beda,” imbuhnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid