Jakarta, Aktual.co —Sutomo atau Bung Tomo merupakan salah satu tokoh dibalik perlawanan rakyat Surabaya terhadap tentara sekutu. Tentara Inggris mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara Inggris tergabung dalam tentara AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Surabaya untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang. Tentara Inggris yang diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administrations) berusaha mengembalikan pemerintahan Indonesia ke pemerentahan Belanda. Maksud inilah yang memicu perlawanan laskar-laskar pemuda di Surabaya. Terbunuhnya Brigadir Mallaby oleh pemuda Surabaya, menyebabkan tentara Inggris lewat penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh memberi ultimatum kepada para laskar untuk menyerahkan senjata sampai batas pukul 6 pagi, 10 November 1945. Ultimatum Inggris itu dibalas dengan pidato Bung Tomo yang sangat membakar semangat rakyat Surabaya. Selama pertempuran melawan tentara Inggris pidato Bung Tomo diputar berulang-ulang di radio RRI dan radio-radio Pergerakan.
20.000 lebih tentara Indonesia gugur sedangkan dari pihak Inggris 2 perwira dan 2.000 tentara tewas, serta 300 tentara asal India dan Pakistan desersi ke pihak Indonesia. Inggris yang memperkirakan cukup 3 hari untuk menguasai Surabaya, ternyata butuh waktu 21 hari untuk meluluhlantakan kota Surabaya.
Bung Tomo lahir 3 Oktober 1920, Bung Tomo dibesarkan dalam keluarga menengah dan pernah mengenyam pendidikan MULO dan HBS. Bung Tomo mengawali berorganisasi di KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Di KBI nama Bung Tomo mulai terkenal, karena Bung Tomo merupakan Orang Hindia Belanda kedua yang mencapai tingkat Pandu Garuda. Bung Tomo juga pernah bergabung pada Serikat Islam dan tahun 1944 Bung Tomo menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru.
Di masa kemerdekaan Bung Tomo pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran, Anggota DPR (1956-1959) mewakili Partai Rakyat Indonesia. Pada masa orde baru (1978) Bung Tomo ditahan karena sikap kritisnya terhadap pemerintahan. 
Pada tanggal 7 Oktober 1981, Bung Tomo meninggal dunia di Padang Arafah – Mekkah, saat beliau menunaikan ibadah haji. Bung Tomo dimakamkan di pemakaman umum ngagel Surabaya. Pada tanggal 10 November 2008 Bung Tomo dianugrahi Pahlawan Nasional lewat Surat Keputusan Presiden Nomor 041/TK/2008.