Warga menumpang truk bermuatan batu untuk membawa jeriken berisi air yang diambil dari sumber mata air di desa Sanleo, Kobalima, Malaka, NTT, Jumat (10/10). Akibat musim kemarau yang berkepanjangan warga harus mencari sumber air sejauh tiga kilometer dari desa asalnya. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/1pd/5

Yogyakarta, Aktual.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Yogyakarta menyatakan, sebanyak 20 kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) rawan mengalami bencana kekeringan meteorologis di penghujung musim kemarau.

“Kekeringan memiliki potensi terjadi karena saat ini masuk fase puncak musim kemarau,” kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Djoko Budiono di Yogyakarta, Jumat (24/8).

Dia mengemukakan, potensi kekeringan tertinggi di Kecamatan Dlingo, Bantul, Imogiri, Piyungan, Sedayu, Sewon (Kabupaten Bantul), Gedangsari, Panggang, Patuk, Playen, Ponjong, Purwosari, Tanjungsari (Gunung Kidul), Kalibawang, Nanggulan, Samigaluh, Temon (Kulon Progo), Berbah, Minggir, dan Ngemplak (Sleman).

“Di sejumlah wilayah itu telah terjadi hari tanpa hujan lebih dari dua bulan,” katanya.

Menurut dia, kekeringan meteorologis merupakan berkurangnya curah hujan dari keadaan normal dalam jangka waktu yang panjang bisa berlangsung bulanan, dua bulanan, hingga tiga bulanan.