Meski kinerja positif, kata dia, ternyata perseroan mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 46,50% dari Rp3,1 miliar menjadi Rp4,6 miliar. Untuk mengantisipasi meningkatnya NPL, perusahaan telah menambah cadangan kerugian nilai (CKPN).
“Pembentukan CKPN sebesar Rp23,6 miliar di tahun 2017 lebih besar dibanding tahun 2016 sebesar Rp19,8 miliar sebagai antisipasi yang konservatif dalam menghadapi potensi risiko kerugian akibat turunnya kualitas kredit,” ujar Edy.
Tahun ini, BINA menargetkan bisa meningkatkan pertumbuhan kredit sebesar 15% atau sekitar Rp1,72 triliun. Sebagai gambaran, sepanjang tahun lalu perusahaan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp1,49 triliun.
“Sebagian besar pemberian kredit kita untuk sektor perkebunan,” pungkas dia.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid