Direktur Utama PT BNI (Persero) Tbk Achmad Baiquni (kanan) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat melihat pergerakan saham BBNI sesaat setelah pembukaan perdagangan di BEI, Jakarta, Rabu (25/11/2015).Selama 19 tahun BNI telah mampu mencatatkan pertumbuhan aset 13 kali lipat, yaitu dari Rp34,88 triliun saat IPO menjadi lebih dari Rp450 triliun per September 2015. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com — Mengawali pekan ini Senin (21/12), Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,36% atau 16,01 poin ke level 4.452,65.

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan ini diperkirakan bakal melesat di atas level 4.500. Hal ini menyusul telah resmi dinaikannya suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Analis HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan, ketidakpastian mengenai kebijakan penaikkan suku bunga The Fed sudah terangkat dengan kenaikan Fed rate kemarin setelah 10 tahun tidak mengalami kenaikan suku bunga.

“Secara sentimen, kenaikan suku bunga The Fed berguna untuk mengundang bargain hunters masuk ke bursa dan akumulasi saham big cap maupun lapis dua untuk melawan aksi ambil untung mendadak yang disebabkan oleh volatilitas overnight di pasar Amerika dan Eropa,” kata Yuganur dalam risetnya, ditulis Senin (21/12).

Melihat perkembangan tersebut, ia menilai level 4.500 dapat menjadi level support baru. Ia pun merekomendasikan untuk melakukan akumulasi secara bertahap.

“Secara teknikal, walaupun sentimen pasar memang terbantu oleh keputusan the Fed menaikan suku bunga yang menghilangkan ketidakpastian investasi. Namun, secara teknikal IHSG masih rangebound atau sideways antara level 4.400-4.500 dan perlu waktu untuk mempertahankan daerah kekuasaan diatas 4.500,” ungkap dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan