Jakarta, Aktual.com — Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menekankan pentingnya komunikasi agama sebagai benteng munculnya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia.
Fasilitasi pertemuan antara pemerintah daerah dan tokoh agama yang digelar hari ini diharapkan memperkuat pencegahan virus-virus paham radikal di masyarakat.
“Forum ini penting karena tidak hanya melibatkan kepala daerah, kejaksaan, polisi dan TNI, tapi harus melibatkan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat. Ini ingin kita bangun sampai di tingkat desa,” katanya dalam acara Harmonisasi Kerukunan Umat Beragama di Jakarta, Senin (21/12).
Disampaikan, peran tokoh agama dan organisasi masyarakat sangat penting dalam mencegah berkembangnya paham radikalisme dan terorisme di masyarakat. Dengan adanya pertemuan itulah, diharapkan nantinya terbangun sinergisitas antara pemerintah daerah dengan tokoh agama untuk bersama-sama menjaga stabilitas keamanan di daerah.
Tjahjo lantas menyinggung masuknya paham ISIS yang belakangan bukan hanya pada kelompok muslim, akan tetapi juga pada pemeluk agama lain. Kondisi demikian, sudah sepatutnya ditangkal bersama-sama.
“Virus ini harus dimatikan oleh agama. Sedangkan, bentengnya dari masyarakat. Jadi imannya harus kuat untuk bisa menangkal semua virus yang ada,” jelasnya.
Tjahjo menambahkan, selama ini masalah toleransi antarumat beragama di Indonesia sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Namun yang terjadi sekarang ini, berbagai konflik dan pertikaian golongan masyarakat tertentu disimpulkan sebagai isu SARA sehingga pergesekan semakin meluas.
Kemendagri dalam kesempatan tersebut meminta Pemda meninjau kembali kebijakan atau aturan daerah yang dinilai dapat menghambat suatu kegiatan agama tertentu. APBD ini seharusnya kembali ke masyarakat. Forum masyarakat, adat dan agama itu wajib mendapat pembiyaan dari pemerintah
Artikel ini ditulis oleh: