Jakarta, Aktual.com — Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Abadi Poernomo tidak menerima jika energi baru terbarukan (EBT) dikatakan sebagai energi alternatif, menurutnya EBT harus menjadi energi utama.

“Kalau yang namanya alternatif, itu pilihan terakhir, artinya boleh tidak dilakukan, makanya EBT tidak menjadi pilihan utama,” kata Abadi di Hotel Neo and Green Savana Centul City Bogor Jawa Barat, ditulis Kamis (24/12).

Penggunaan energi dari bahan fosil sudah mulai ditinggalkan oleh negara maju, karena sangat berkontribusi besar bagi kerusakan lingkungan, negara maju lebih memilih energi yang adaptive terhadap lingkungan yaitu EBT, jelas Abadi.

Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) mencapai 866 ribu megawatt (MW) Adapun rinciannya, tenaga air sebesar 75 ribu MW, surya sebesar 560 ribu MW, angin hingga 107 ribu MW, bio energi sebesar 43 ribu MW.

Namun EBT menemukan kendala, biaya produksi EBT lebih tinggi sehingga harganya lebih mahal dibanding energi berbahan bakar fosil.

Selanjutnya, kondisi minyak berbahan fosil yang sedang mengalami tren penurunan secara global, maka dengan perbandingan harga, konsumen lebih memilih energi dari fosil.

“Orang milih fosil karena harganya murah, padahal ini merusak lingkungan,” tambah Abadi.

Abadi menegaskan bahwa, energi fosil selain merusak lingkungan, Indonesia tidak memiliki cadangan yang memadai. Jadi, pemerintah harus membangun kedaulatan energi berkelanjutan dengan memberi subsidi pada EBT.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka