Sawahlunto, Aktual.com – Penganut paham radikalisme tidak selalu menggunakan atribut keagamaan saat berusaha merekrut anggota.

Saat ini gerakan radikalisme jauh lebih terkoordinasi dari sebelumnya. Modus yang digunakan pun semakin beragam.

“Sehingga sulit untuk dikenali,” kata Kepala Polisi Resor (Kapolres) Kota Sawahlunto, AKBP Djoko Ananto, di Sawahlunto, Sumatera Barat, Jumat (25/12).

Dari pengamatannya, kata Djoko, perekrutan anggota gerakan radikalisme saat ini justru terlihat seperti orang biasa saja dengan aktivitas wajar. Ketika upaya penggalangan mulai mendapat tanggapan positif, barulah secara perlahan si sasaran dipengaruhi cara berpikir dan idealismenya.

“Agar mengikuti pendapat mereka dan ikut bergabung dalam kegiatan-kegiatan teror yang akan mereka lakukan,” ujar Djoko.

Menurut dia, satu-satunya cara untuk mengantisipasi upaya itu adalah dengan meningkatkan kewaspadaan dini terkait cegah dan tangkal perkembangan paham radikal. Dengan begitu, ruang gerak para pelaku teror dalam melakukan perekrutan atau merancang sasaran dan sarana yang akan digunakan mampu dipersempit.

Kepolisian bersama masyarakat juga perlu memelihara kualitas koordinasi oleh segala lini. Agar upaya kewaspadaan dini yang dilakasanakan tersebut tidak menimbulkan keresahan baru akibat munculnya rasa saling curiga mencurigai antar sesama.

Terkait hal tersebut, dia mengatakan pihaknya terus berupaya menguatkan penggalangan dan pembinaan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan preemtif yang dilaksanakan oleh petugas Bhabinkamtibmas yang ada disetiap desa dan kelurahan.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti, menjelaskan pihaknya pada 19 hingga 20 Desember 2015, telah melakukan penggeledahan dan penangkapan terduga teroris berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya akhir bulan lalu terkait rencana aksi teror.

“Ada juga info dari Australian Federal Police (AFP), Federal Bureau of Investigation (FBI), dan Singapore Intelligence Service (SIS). Kami temukan bahan peledak yang siap dirakit dalam penggeledahan itu. Namun, tidak spesifik pada natal atau tahun baru terkait serangan itu,” tuturnya.

Jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah menangkap sembilan orang terduga teroris di lima tempat berbeda antara lain di Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik pada 19 sampai 20 Desember 2015.

Meraka berinisial R, YS, AR, ZA, MKH, TP, IM, JA, dan AK yang merupakan eks Jamaah Islamiyah (JI) dan ada juga korelasinya dengan ISIS. Salah satu terduga teroris itu, yakni ZA, diketahui pernah bermukim di wilayah Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, dan diketahui menghilang sejak tanggal 9 Desember 2015.

Artikel ini ditulis oleh: