Jakarta, Aktual.com – Satrio tertunduk lesu saat satu persatu tembok rumahnya ambruk diratakan dengan tanah oleh alat berat becko.

Rumah Satrio merupakan salah satu dari puluhan rumah di RT 11, 12 dan 15 di RW 010 Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan yang pagi tadi diratakan dengan tanah oleh Pemprov DKI.

Tidak ada ganti, Satrio pun bingung. Padahal, kata dia, dirinya sudah menghabiskan sekitar Rp100 juta untuk membangun rumah itu.

Daripada tidak dapat apa-apa, dia pun terpaksa menerima tawaran pedagang Madura untuk menjual puing-puing bekas rumahnya. Untuk harga, jangan ditanya, jauh dari ongkos yang selama ini sudah dikeluarkannya membangun rumah.

“Cuma ditawar Rp2,5 juta buat diambil kayu-kayunya,” ucap dia, kepada Aktual.com saat ditemui di sela-sela penggusuran Bukit Duri.

Diakui Satrio, rumah yang ditempatinya sejak tahun 1979 itu memang tidak ada sertifikat tanahnya. Hanya mengantongi Akta Jual Beli (AJB) saja. Alasan dia, saat itu membuat sertifikat lebih mahal dari ongkos membeli rumah. “Sudah gitu susah bikinnya, dibikin ribet apalah gitu,” ucap dia beralasan.

Artikel ini ditulis oleh: