Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso (kanan) memberi keterangan terkait menyerahkan diri pimpinan kelompok bersenjata Nurdin Ismail alias Din Minini di Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Selasa (29/12). Sutiyoso menyebutkan, Din Minimi Cs bersedia turun gunung dan menyerahkan 15 pucuk senjata api dan amunisi, setelah pihaknya menyetujui perjanjian amnesti politik (bebas dari tuntutan hukum) 150 anggotanya. ANTARA FOTO/Rahmad/nz/15.

Jakarta, Aktual.com — Peneliti The Jokowi Insitute, Amir Hamzah, mendesak Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso mengundurkan diri dari jabatannya. Sebab, Sutiyono dinilai tidak mampu mendeteksi dengan baik adanya potensi tindakan teror hingga terjadi di Sarinah kemarin.

“BIN telah gagal mendeteksi gangguan keamanan di Jakarta. Bagaimana dengan wilayah di seluruh Indonesia, di Jakarta yang notabene ibukota negara saja teroris bisa leluasa mempertontokan kejahatannya,” tegas Amir dalam keterangannya yang diterima Jumat (15/1).

Menurutnya, aksi teror di ‘Starbucks Coffee’ dan Pos Polisi depan Sarinah merupakan bukti kegagalan intelijen negara. Karena itu pola kerja intelijen perlu dikaji ulang agar tragedi yang sama tidak kembali terjadi.

“Itu terjadi tidak jauh dari pusat kekuasaan negara. Kami meminta kebesaran dan kedewasaan Sutiyoso untuk mundur dari Kepala BIN secepatnya,” jelas Amir.

Ditekankan dia, sekecil apapun pergerakan teroris seharusnya bisa diketahui oleh aparat intelijen dengan seluruh instrumen yang dimilikinya. Presiden Joko Widodo diminta tidak mempertaruhkan posisinya dengan mempertahankan Sutiyoso sebagai Kepala BIN.

“Jangan karena partai Sutiyoso ikut mengusung di Pilpres, lantas sekarang rakyat yang menderita,” ucap dia.

The Jokowi Insitute sendiri mengutuk tindak terorisme di Sarinah kemarin. Sebab aksi teror tersebut membuat publik cemas dan merasa tidak aman. Ia mencontohkan bagaimana seandainya ada anggota keluarkan kita yang menjadi korban kejahatan tersebut.

“Masak kita harus mengalami kepahitan baru menyadari ada kelalaian instrumen intelijen,” demikian Amir.

Artikel ini ditulis oleh: