Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia memberi sinyal bakal kembali melonggarkan kebijakan moneternya seperti Giro Wajib Minimum (GWM) maupun suku bunga acuan perbankan (BI Rate). Bagi BI, jika perekonomian membutuhkan likuiditas lebih, maka BI siap memenuhi likuiditas tersebut.
Menurut Gubernur BI, Agus Martowardojo, secara umum kondisi perekonomian Indonesia masih dalam keadaan yang baik, meski harus tetap mewaspadai dinamika ekonomi dunia.
“Makanya kami berharap kondisi ekonomi bisa akan terus terjaga, sehingga peluang adanya pelonggaran moneter lebih jauh bisa dilakukan,” tandas Agus Marto di Jakarta, Jumat (15/1).
Secara umum, kata dia, BI akan terus memonitor kondisi perekonomian baik domestik mau pun global. Apalagi kondisi perekonomian China terjadi di bawah ekspektasi semua pihak. Tahun ini sekitar 6,8 persen. Dan lima tahun ke depan sebesar 6,5 persen.
Namun, jika kondisi perekonomian terus menjadi lebih baik, ia menambahkan, masih ada ruang untuk melonggarkan moneter lebih jauh lagi. “Akan tetapi tentunya kami mesti memperhatikan betul-betul bagaimana stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan,” jelas Agus.
Sebagaimana diketahui, pada 17 November 2015, BI telah menurunkan GWM Primer dari 8 persen menjadi 7,5 persen. Sedangkan, kemarin (14/1) BI memutuskan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen.
Di tempat yang sama, Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menambahkan, BI sudah menambah likuiditas dengan menurunkan GWM Primer menjadi 7,5 persen. Bahkan ke depan, sangat dimungkinkan GWM itu ditunkan lebih rendah lagi.
“Kami juga pernah hanya 5 persen pada 2009/2010. Pada waktu itu ada quantitative easing AS, dan kemudian dinaikkan menjadi 8 persen,” ucapnya.
Mirza mengaku, jika perekonomian domestik memerlukan likuiditas, maka BI akan selalu memenuhi kebutuhan likuiditas itu. Dia memastikan, ke depan masih ada ruang melonggarkan moneter, namun tetap mempertimbangkan stabilitas global.
“Jadi kalau nanti di kuartal pertama siklus APBN kembali lagi dan uang masuk ke sistem, lalu ada kebutuhan likuiditas untuk ekspansi, maka BI akan melakukan,” pungkas Mirza.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan