Medan, Aktual.com – Oknum dokter yang terlibat dalam praktik penjualan ginjal harus dihukum berat. Pendapat itu disampaikan pakar hukum dari Universitas Sumatera Utara Prof Dr Syafruddin Kalo, SH.
Sebab Syafruddin menilai tindakan oknum dokter tersebut sangat keterlaluan dan tidak boleh dibiarkan dan harus diberi sanksi tegas. “Sehingga dapat membuat efek jera,” kata dia, di Medan, Sabtu (30/1).
Menurut dia perbuatan oknum dokter semacam itu tidak hanya melanggar sumpah dan kode etik. Tetapi juga tindak pidana yang telah merugikan warga masyarkat.
“Jadi wajar oknum dokter yang melanggar hukum itu, diberikan ganjaran sesuai dengan kesalahan yang dilakukan, dan kedepan kasus seperti ini agar tidak terulang lagi,” ujar Syafruddin.
Dia menyebutkan, sangat disesalkan seorang dokter terlibat kasus jual beli organ ginjal, hal ini adalah perbuatan yang tidak terpuji dan sangat memalukan.
Praktik yang melanggar hukum tersebut, menurutnya dilakukan secara terorganisir dan memiliki jaringan kuat yang sulit terpantau aparat kepolisian. “Namun, berkat kerja keras aparat keamanan itu, behasil membongkar jaringan penjualan organ ginjal yang dilakukan sebuah rumah sakit,” kata Dosen Fakultas Hukum USU itu.
Syafruddin mengatakan, modus dalam bisnis ginjal tersebut, dilakukan dengan cukup rapi dan perpura-pura bersifat sosial kepada korban (pendonor) dari kalangan warga yang tidak mampu ekonominya.
Perekrut (penghubung) yang disuruh pihak rumah sakit mencari warga ingin mendonorkan organ ginjalnya dan diberikan imbalan berupa uang puluhan juta rupiah.
Kemudian, organ ginjal tersebut dijual kepada pasien penderita penyakit itu, dengan nilai mencapai ratusan juta rupiah dan pihak rumah sakit mendapat keuntungan yang cukup besar.
Sedangkan, kepada pihak penghubung yang mencari warga pendonor ginjal itu, juga diberikan hadiah uang oleh pihak rumah sakit.
“Oknum dokter yang terlibat operasi tranplantasi ginjal, penghubung dan pimpinan rumah sakit menyediakan tempat operasi tersebut harus dihukum berat,” kata Guru Besar Tetap Fakultas Hukum USU.
Sebelumnya, Bareskrim Polri tengah menyelidiki dokter yang ditengarai terlibat dalam praktik penjualan organ ginjal yang baru-baru ini diungkap kepolisian.
“Masih dalam pendalaman tentang keterlibatan pihak rumah sakit dan dokter,” kata Kasubdit III Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Kombes Umar Surya Fana, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
Menurutnya, ada tiga rumah sakit yang diduga menjadi tempat dilakukannya operasi transplantasi ginjal terkait kasus tersebut.
Tujuh korban dalam kasus ini yakni HLL, IS, AK, SU, JJ, DS dan SN. Para korban, kata dia, diberi imbalan antara Rp70 juta – Rp90 juta bila bersedia mendonorkan ginjal mereka.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara