Jakarta, Aktual.com — Staf Ahli Kementerian BUMN, Sahala Lumban Gaol, mengakui proyek kereta cepat akan menyasar bisnis lain disepanjang jalur Jakarta – Bandung. Terutama pada lima titik stasiun pemberhentian kereta cepat Jakarta – Bandung sepanjang kurang lebih 142 km.
“Kalau kita hanya mendasarkan penumpang dan tiket, memang bisa dikatakan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung kurang visible. Secara finansial kurang visible, secara keekonomian kurang visible, tapi pengembangan ekonomi yang lain pasti dia sosial visibilitasnya bagus,” terang Sahala, di Jakarta, Kamis (4/2).
Ia menyampaikan demikian dalam jumpa pers terkait polemik kereta cepat Jakarta – Bandung bersama Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Hanggoro Budi Wiryawan.
Diungkapkan Sahala, proyek kereta cepat menjadi kegiatan yang visibel tergantung pada teorinya. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dalam hal ini akan mendorong melalui pengembangan kota transit atau Transit Oriented Development (TOD).
Diharapkan melalui pengembangan kota transit itulah nantinya bisa menciptakan jumlah pertumbuhan penumpang kereta cepat. KCIC juga akan berinovasi melalui entertain selama perjalanan kereta, sehingga membuat penumpang lebih nyaman dan menarik calon penumpang lainnya.
“Ini kuncinya, kalau makin banyak bisnis-bisnis ini yang saya katakan akan tercipta penumpang-penumpang baru,” jelas Sahala.
Diungkapkan bagaimana TOD nantinya bisa menciptakan jumlah pertumbuhan penumpang di Walini dan Tegal Luar (Jawa Barat). Dengan sasaran daerah yang pertumbuhan ekonominya belum optimal, KCIC berharap melalui TOD akan menciptakan penghasilan dari penumpang baru sekitar 25 persen.
“Jadi untuk perhitungan kami sekarang, penerimaan daripada kereta cepat itu dari TOD yang pertumbuhannya belum optimal. Jadi dipertengahan begitu (diharapkan) sudah menciptakan penerimaan sekitar 25 persen,” demikian Sahala.
Artikel ini ditulis oleh: