Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa sebanyak 236 kabupaten-kota di seluruh Indonesia masih wilayah endemis penyakit kaki gajah atau filariasis terutama di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
Angka ini hampir 50% dari seluruh kota yang ada di Indonesia yang mencapai 514 kota.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Elizabeth Jane Soepardi dalam keterangannya kepada wartawan di kantor Kemenkes Jakarta, Selasa (25/9).
“Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, 278 di antaranya tidak endemis daerah itu tidak perlu minum obat. Sebanyak 236 kabupaten-kota masih endemis, itu total harus minum obat,” kata Elizabeth.
Dari 236 Kabupaten/kota yang masih endemis penyakit kaki gajah tersebut, sebanyak 131 kabupaten-kota melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM). Sedangkan 105 kabupaten/kota lainnya sudah melaksanakan program Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) beberapa tahun sebelumnya dan tahap evaluasi pasca-POPM.
Ia mengtakan, suatu wilayah dikatakan endemis penyakit kaki gajah apabila ada microfilaria atau anak cacing filaria penyebab kaki gajah di dalam tubuh manusia di atas 1% dari total jumlah penduduk.
Penyakit kaki gajah disebabkan oleh infeksi cacing filaria pada tubuh manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Terdapat 23 jenis nyamuk yang bertindak sebagai vektor penularan filaria di antaranya dari genus Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes Dan Armigeres.
Cacing filaria tumbuh di dalam tubuh manusia dan baru menimbulkan efek lima tahun setelah menginfeksi manusia. Cacing filaria dewasa hidup di saluran dan kelenjar getah bening, sementara anak cacing atau microfilaria berada di dalam darah.
Penyakit kaki gajah menimbulkan pembengkakan pada setiap bagian tubuh manusia, umumnya di kaki dan bisa menjadi sangat besar tampak seperti kaki gajah.
Cacing filaria jenis brugia timori menyebabkan pembengkakan di daerah bawah lutut dan bawah siku. Sementara cacing jenis wuchereria bancrofti bisa menyebabkan pembengkakan di seluruh kaki, seluruh lengan, pada alat kelamin, dan payudara.
Kecacatan akibat pembengkakan ini bersifat permanen dan sulit diobati bila sudah pada stadium lanjut.
Oleh karena itu cara terbaik menghindari kaki gajah ialah dengan pencegahan yaitu meminum obat yang diberikan oleh pemerintah dalam program Belkaga setiap bulan Oktober selama lima tahun berturut-turut.
Obat diberikan pada masyarakat mulai anak usia dua tahun hingga lansia 70 tahun. Anak di bawah dua tahun, ibu hamil, dan orang yang menderita penyakit kronis dan berat tidak boleh mengonsumsi obat tersebut.
Pemberian obat filariasis telah dilakukan pemerintah sejak 2002, namun baru lebih efektif dan menjadi program prioritas pemerintah melalui Belkaga pada 2015.
Selain pencegahan lewat obat, masyarakat juga bisa menghindari terinfeksi cacing filaria dengan menghindari gigitan nyamuk. Beberapa cara yang harus dilakukan ialah tidur menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk atau krim, dan membasmi sarang nyamuk.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan