Jakarta, Aktual.com — Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menduga adanya konflik kepentingan pada proyek pembangunan terminal penyimpanan LNG (Gas Alam Cair) yang digarap oleh PT Bumi Sarana Migas (BSM) milik anak dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni Solihin Kalla.
Penyataan itu keluar lantaran dia melihat kesepakatan yang terjadi antara PT Pertamina (Persero) dan PT Bumi Sarana Migas tanpa melalui mekanisme tender.
Menurutnya, jika nilai kontrak tersebut telah melampaui nilai tertentu makan seharusnya kesepakatan kerjasama melalui proses tender agar lebih terbuka dalam pengelolaan Migas. “Patut diduga ada konflik kepentingan,” katanya kepada Aktual.com Rabu (30/3).
Sebagaimana diketahui bahwa PT Pertamina (Persero) bekerjasama dengan PT Bumi Sarana Migas untuk membangun proyek LNG (Gas Alam Cair) Receiving Terminal Bojonegara, Banten, Jawa Barat.
Kerja sama ini diketahui sudah sampai pada tahap penandatanganan Head of Agreement (HoA) yang dilakukan pada 1 April 2015 lalu oleh Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani dan Direktur PT Bumi Sarana Migas Solihin Kalla serta disaksikan langsung oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.
Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro mengakui bahwa terpilihnya PT Bumi Sarana Migas itu bukanlah hasil dari tender, melainkan berdasar pada pengajuan feasibility study yang diajukan oleh pihak Bumi Sarana Migas kepada Pertamina.
“Bukan tender atau penunjukkan, jadi itu lebih ke arah pengajuan feasibility study dari PT (Bumi Sarana Migas) tersebut,” kata Wianda (16/4).
Ia menambahkan, Bumi Sarana Migas juga sudah memiliki beberapa partner yang dianggap berpengalaman melakukan konstruksi dari terminal LNG.
“Nah selanjutnya itu juga mereka kalau tidak salah memang sudah ada lahan juga di area tersebut, karena kan kalau proyek itu 70 persen hambatannya pembebasan lahan, nah jadi itu yang di propose kepada Pertamina, dan Pertamina juga masih dalam tahapan melakukan review kelanjutan dari HOA ini,” ucap Wianda
Berdasarkan data yang diperoleh Aktual, jika dibandingkan dengan proyek Pertagas FSRU Cilamaya LNG Company, penjualan regasified LNG dilakukan dari Pertagas Cilamaya langsung ke End Customer (IPP Jawa, IPP Sunyarangi dan Pertamina Balongan). Sehingga Pertamina tidak menanggung resiko penyerapan pasar.
Dari segi LNG Supply dan market demand pun proyek Pertagas ini menunjukan posisi yang sangat aman karena volume demand sesuai dengan volume supply LNG.
Tidak seperti LNG Bojonegara antara Pertamina dengan BSM, yang terdapat porsi unmarketable LNG cukup besar. Di mana available market yang dimiliki hanya untuk IPP Jawa I sebesar 320 MMSCFD dan PLN Jawa Barat sebesar 334 MMSCFD, total keduanya adalah 654 MMSCFD. Sementara target LNG Supply nya sendiri justru mencapai 1000-1500 MMSCFD.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka