Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) didampingi Kepala Staf Angkatan Darat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono (kanan) memeriksa alutsista PPRC TNI seusai upacara serah terima Alih Kodal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/3). Upacara yang diikuti 3274 personel TNI ini merupakan Komando tugas gabungan TNI yang dibentuk secara khusus dengan tugas melaksanakan tindakan reaksi cepat terhadap berbagai ancaman yang terjadi dalam rangka menangkal, menyanggah dan menghancurkan musuh yang mengganggu kedaulatan NKRI. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/pd/16

Lombok Tengah, Aktual.com — Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan bahwa kondisi 10 warga negara Indonesia, yang disandera oleh kelompok milisi Abu Sayyaf dalam keadaan sehat dan masih berada di Filipina.

“Dari informasi pemerintah Filipina, sampai saat ini 10 WNI yang disandera masih dalam keadaan sehat,” kata Gatot didampingi Kasad Jenderal TNI Mulyono dan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi seusai melakukan panen raya padi di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Sabtu (2/4).

Dia menegaskan, TNI siap memberikan bantuan apabila ada permintaan dari Pemerintah Filipina dalam menangani penyanderaan oleh Abu Sayyaf. Namun, semua itu tergantung dari Filipina. Bahkan, pemerintah Filipina telah berjanji kepada pemerintah Indonesia akan berusaha dengan berbagai cara, untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf.

“Kita harus menghargai niat baik dari pemerintah Filipina dan kita harus yakin akan hal itu,” ujar jenderal bintang empat itu.

Sejauh ini, kata Nurmantyo, TNI hanya bisa melakukan pemantauan dan menunggu koordinasi dengan Filipina terkait upaya yang akan diambil untuk membebaskan sandera. Karena bagaimanapun, TNI juga tidak bisa memaksa masuk tanpa seizin dari Filipina, mengingat itu bagian dari teritori negara Filipina.

Menurut Nurmantyo, TNI baru boleh masuk jika sudah ada izin dari pemerintah Filipina. Hal ini sama ketika operasi pembebasan sandera Woyla di Thailand, ketika itu Indonesia diberikan izin oleh Thailand dalam penugasan pembebasan sandera.

“Kita harus yakin dengan Filipina. Karena kalau ada pembajakan di negara kita, negara lain ingin masuk tentu juga tidak boleh tanpa ada koordinasi. Karenanya, sebagai negara bertetangga kita harus menghormati dan saling percaya,” katanya.

Namun demikian, jika nanti diminta TNI untuk melakukan upaya pembebasan, tentu TNI akan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan pemerintah Filipina. “Jadi saat ini TNI hanya bisa menunggu dan memonitor. Tetapi kalupun diminta kita akan selalu siap,” katanya.

Untuk itu, Panglima TNI berharap keluarga 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf untuk tetap bersabar dan berdoa agar semuanya diberikan kesehatan. “Tetap berdoa dan bersabar serta percayakan semuanya kepada TNI,” kata Nurmantyo.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara