Koresponden Xinhua seperti yang dilansir mengatakan, cuaca extrime masih berkabut pada Selasa pagi, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai hujan sehingga bisa menghambat upaya pertolongan. Lembaga meteorologi di Freetown mengatakan daerah tersebut bisa diguyur hujan lagi.

Aminata Kamara, seorang kerabat korban, menangis saat perempuan itu mengatakan ia kehilangan 21 anggota keluarga besarnya. Beberapa mayat tak bisa diidentifikasi akibat rusak parah.

Hambat pertolongan Wang Bo, seorang staf China Railway Seventh Group yang bekerja di negara Afrika Barat itu, mengatakan kepada Xinhua bahwa perusahaannya telah mengirim dua ekskavator ke lokasi longsor atas permintaan pihak Sierra Leone untuk membantu upaya pertolongan.

“Sebanyak 35 anggota staf perusahaan kami dengan cepat dikerahkan dan dikirim untuk upaya pertolongan,” kata Wang. Ia menambahkan tanah longsor yang terjadi pada Senin telah dipicu oleh hujan lebat dengan curah hujan mencapai 220 milimeter sejak Senin dini hari.

“Karena Agustus adalah puncak musim hujan di Sierra Leona, hujan serta awan tebal dan kendaraan membuat sangat sulit bagi kendaraan untuk melakukan perjalanan di jalan berlumpur menuju lokasi pertolongan,” kata Wang. Dia menyatakan rekannya belakangan meninggalkan kendaraan dan berjalan kaki ke lokasi.

“Lokasi bencana kacau. Kebanyakan rumah hancur dan tertimbun. Dan hujan yang turun-berhenti membuat upaya pertolongan jadi sulit,” kata Wang, yang sebelumnya menyerukan rencana kerja yang lebih terkoordinasi oleh semua kekuatan pertolongan sehingga kegiatan bisa dilakukan dengan teratur.

Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma mengatakan dinas layanan darurat melakukan semua yang mungkin guna menangangi bencana saat ini. Koroma mengatakan di dalam pidato melalui televisi pada Senin malam bahwa satu pusat reaksi darurat telah dibentuk di Kota Regent, yang paling parah dilanda bencana.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu