Ilustrasi Orang yang Tidak mampu dalam perekonomian

Jakarta, Aktual.com – Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi atau yang dikenal sebagai Bisyr bin Harits al-Hafi merupakan seorang Wali Allah SWT yang lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 767 Masehi.

Ia dahulunya hanya seorang laki-laki yang senang berfoya-foya akan tetapi setelah bertaubat ia fokus mempelajari hadits di Baghdad, hidupnya berubah 180 derajat, ia hidup sebagai pengemis yang terlunta-lunta, kelaparan dan bertelanjang kaki. Bisyr meninggal di kota Baghdad pada tahun 841 Masehi.

Pada suatu hari, Bisyr al-Hafi kedatangan serombongan musafir haji dari Syiria. Dalam perjalanannya itu, mereka singgah ke kediaman Bisyr karena bermaksud mengajaknya menunaikan haji.

Bisyr bin Harits al-Hafi sebenarnya juga ingin berangkat pergi haji, tetapi terhadap permintaan mereka itu, Bisyr al-Hafi menyampaikan uzurnya dari berangkat bersama mereka.

“Memang aku berniat untuk berangkat haji juga, tetapi maaf, aku tidak bisa berjalan bersama kalian,” ujarnya.

“Mengapa, bukankah bila berjalan bersama-sama itu lebih baik?” desak mereka.

“Ya, tapi aku ingin berjalan sendiri,” jawab Bisyr al-Hafi.

Namun, mereka terus mendesaknya, akhirnya dia berkata,

“Baik, aku akan berangkat bersama kalian dengan tiga syarat.

Pertama, kita tidak membawa bekal apa pun dalam perjalanan ini, Tidak kita tidak meminta apapun kepada orang lain selama perjalanan kita ini dan kemudian jika di dalam perjalanan haji ini ada seseorang yang memberi hadiah, kita tidak menerimanya,”

Mereka menjawa, “Baik, kami bersedia menerima dua syarat pertama, yaitu tidak membawa perbekalan dan tidak meminta bantuan kepada orang lain, tetapi kami tidak mampu menolak pemberian orang kepada kami,”

“Jika demikian, berarti kalian masih menggantungkan bekal kalian kepada selain Allah. Jika demikian, aku tidak dapat pergi bersama kalian. Tinggalkan aku dan silakan kalian berangakat lebih dulu,” ucapnya.

“Ada tiga jenis orang miskin yang terbaik. Pertama, mereka yang tidak meminta. Jika mereka diberi tanpa meminta, mereka enggan menerimanya mereka bersifat wali.

Kedua, mereka yang tidak meminta, tetapi apabila diberi mereka mau menerimanya, maka bagi orang ini sebuah meja akan dihidangkan di hadapan Allah.

Ketiga, mereka yang terpaksa meminta kepada orang lain, dan mengambil sekedar keperluannya. Kesetiaan mereka akan menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka,” lanjut Bisyr al-Hafi.

Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra