Jakarta, Aktual.com — Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Mudhofir Khamid memperkirakan, sekitar 300 ribu buruh yang bekerja pada industri migas di Indonesia terancam pemutusan hubungan kerja. Merosotnya harga minyak dunia menjadi penyebabnya.

Harga minyak dunia saat ini merosot tajam hingga ke kisaran 30 dolar AS per barel. Nilai atau level terendah sejak tahun 2004 lalu. Hal yang berdampak pada perusahaan-perusahaan minyak di dunia mengalami kerugian sehingga melakukan PHK besar-besaran di sektor migas.

Buruh migas disektor migas yang terancam di PHK ini terbagi dalam tiga kelompok berdasarkan hubungan kerjanya. Yakni pegawai tetap, pegawai kontrak dan pegawai pada perusahaan subkontraktor.

“Tiga kelompok itu akan terancam mengalami PHK besar-besaran akibat merosotnya harga minyak dunia,” kata dia dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (29/1).

KSBSI, kata Mudhofir, meminta kepada pemerintah untuk segera mengantisipasi dan membuat kebijakan yang melindungi buruh yaitu rakyat Indonesia yang bekerja di sektor migas, dan juga melindungi pengusaha sebagai penyedia produk energi migas yang menyediakan lapangan kerja.

“Belajar dari situasi perlambatan ekonomi Indonesia pada akhir tahun lalu, pemerintah agar memberikan kebijakan berupa insentif bagi industri migas agar dapat bertahan dalam situasi ini,” katanya.

“Dengan berjalannya intensif tersebut, ‎kebijakan untuk menghindari PHK di sektor industri migas dapat berjalan. Semua pihak harus dapat memahami kondisi permasalahan global ini, agar dapat duduk bersama mencari jalan keluar,” sambung Mudhofir.

Kedepan, pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan serikat buruh untuk membuat suatu konsep pasar tenaga kerja yang direncanakan dan diimplementasikan dengan baik.

Dengan begitu, Indonesia akan menjadi lebih siap dalam mengantisipasi permasalahan-permasalahan ketenagakerjaan, baik nasional, regional ataupun yang disebabkan oleh permasalahan global.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu