Panglima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI, Munarman (kiri) menjelaskan kronologis bentrokan dengan aparat Kepolisian saat melaksanakan Aksi Bela Islam II,dalam jumpa persnya di Jakarta, Sabtu (5/11/2016).Dalam jumpa persnya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI membantah telah menyebabkan bentrok dengan aparat Kepolisian saat melaksanakan Aksi Bela Islam II yang berlangsung Jumat (4/11/2016) kemarin malam.

Jakarta, Aktual.com – Aksi bela Islam II memunculkan fakta-fakta baru, salah satunya ihwal situasi dan kondisi internal Kepolisian. Front Pembela Islam (FPI) menduga ada oknum polisi yang juga menginginkan aksi bela Islam yang digelar pekan lalu berakhir dengan bentrokan.

“Iya sudah kita antisipasi. Cuma karena didesain dari pihak yang menginginkan bentrok. Di pihak aparat juga ada penyusupnya,” kata Juru Bicara FPI, Munarman saat dihubungi, Selasa (8/11).

Pihak FPI sendiri masih mempertanyakan sikap polisi kala bentrokan terjadi. Pasalnya, dari pengeras suara Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan penembakan gas air mata ke massa aksi.

“Karena itu sengaja menunggu momen, provokator dari pihak aparat melepaskan tembakan gas air mata sampai gak mau berhenti, padahal Kapolri sudah memerintahkan untuk menghentikan tembakan gas air mata,”

Meski begitu, FPI juga meyakini adanya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab berada di barisan massa aksi. “Provokatornya ada di dua belah pihak,” tegasnya.

Bentrokan antara massa aksi bela Islam II dengan aparat memang tak bisa dihindari.

Tapi sayangnya, dari pihak polisi tidak menyadari bahwa massa yang bentrok hanya dibarisan depan. Namun, upaya penghentian seolah seluruh massa di Jalan Merdeka Barat ikut bentrok dengan aparat.

Bahkan, para ulama yang saat bentrok masih di atas mobil komando ikut disasar oleh polisi dengan gas air mata.

M. Zhacky Kusumo

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan