Damaskus, Aktual.com – Invasi militer negara zionis Israel ke Suriah di tengah keruntuhan rezim pemerintah Bashar Al-Assad mengundang kecaman negara-negara Arab. Diantaranya Mesir, Yordania, Qatar, dan Arab Saudi yang menegaskan invasi militer itu merupakan pelanggaran hukum internasional.
Dikutip dari Al Arabiya dan Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Qatar menyebutkan invasi militer zionis itu adalah pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional. ”Tindakan itu adalah perkembangan yang berbahaya dan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan persatuan Suriah, serta pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional,” kata Kemenlu Qatar dalam siaran persnya.
Sedangkan Kementerian Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyampaikan kecaman serupa yang mengatakan kalau Israel telah memanfaatkan kekosongan di Suriah untuk menduduki lebih banyak wilayah Suriah. ”Serta memaksakan realitas baru di lapangan yang melanggar hukum internasional.”
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengatakan perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan oleh zionis Israel menunjukkan tekad zionis untuk menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan stabilitas. Kemenlu Saudi juga mengecam apa yang dikritik PBB sebagai pelanggaran perjanjian pemisahan tahun 1974 antara Suriah dan Israel.
”Pengambilalihan itu menegaskan pelanggaran Israel yang berkelanjutan terhadap hukum internasional dan komitmennya untuk menyabotase peluang Suriah untuk mendapatkan kembali keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya,” demikian pernyataan Kemenlu Arab Saudi, Selasa (10/12).
Pihak Riyadh juga mendesak masyarakat internasional untuk mengutuk tindakan Israel dan meminta penghormatan terhadap kedaulatan Suriah. ”Dataran Golan adalah tanah Suriah yang diduduki Israel,” kata Kemenlu Arab Saudi.
Bukan hanya itu, pihak pemerintah Mesir turut mengutuk pendudukan lebih dalam Israel ke wilayah Suriah. Mesir menilai pergerakan militer Israel ke zona penyangga sebagai upaya untuk menegakkan realitas baru di lapangan.
Sementara itu, Samuel Ramani, seorang analis militer dan peneliti dari Royal United Services Institute mengatakan Israel memanfaatkan fakta bahwa ada suasana kekacauan dan pembukaan front lain di Suriah. ”Jelas Israel senang Bashar Al-Assad sudah pergi, karena itu berarti pengaruh Iran di Suriah kemungkinan besar hilang. Namun mereka juga khawatir dengan sifat pemerintahan Hayat Tahrir al-Sham (HTS),” kata Samuel.
Sedangkan lembaga pemantau kemanusian yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan Israel telah melakukan serangan besar-besaran ke Suriah yang dlakukan Minggu malam (9/12) dengan menargetkan posisi dan depot militer di negara itu. Disebutkan pula, Israel juga melancarkan serangan di wilayah selatan negara itu yang menargetkan Tal al-Hara di dekat Dataran Tinggi Golan Suriah yang dianeksasi Israel, dan Provinsi Daraa.
”Sejak jam-jam awal setelah pengumuman jatuhnya rezim Al-Assad Israel langsung melancarkan serangan udara intensif dengan menghancurkan gudang senjata dan amunisi Suriah di pesisir Latakia dan Tartus,” kata Syrian Observatory for Human Rights.
Untuk diketahui, tindakan Israel yang mengundang kecaman negara negara tetangga Suriah, lantaran militer zionis itu selain menyerang berbagai sasaran di Israel, juga memobilisasi ratusan prajurit dengan puluhan tank melintasi zona penyangga hingga perbatasan Suriah, dengan dalih memastikan keamanan Israel. Hal senada disampaikan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz yang beralasan pergerakan militernya untuk menciptakan wilayah keamanan baru yang bebas dari senjata strategis berat dan infrastruktur teroris.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain