Jakarta, Aktual.co — Thalassemia merupakan anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anaknya secara resesif. Pada penyakit ini terjadi kelainan gen yang mengakibatkan kerusakan sel darah merah. Dalam pengertian mudahnya Thalasemia dapat menyebabkan anemia, mulai dari yang tingkat ringan hingga berat.

Ruswandi (68), – Ketua Perhimpunan Orangtua Penderita Thalasemmia se-Indonesia- menjelaskan, bahwa penyakit ini dapat diturunkan kepada anak bila kedua orang tua membawa gen Thalasemia, dengan presentase 25 persen normal, 50 persen pembawa atau karier (memiliki 1 gen cacat, disebut Thalasemia Minor, red), dan 25 persen menderita Thalasemia Major (memiliki 2 gen cacat, red).

Namun demikian, jika hanya satu orang tua saja yang membawa gen, maka anak tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

“Thalassemia adalah penyakit keturunan yang diberikan kepada kedua orang tuanya. Penyakit ini bisa dicegah dengan memeriksakan sedini mungkin. Karena Thalessemia ini belum ada obatnya. Obatnya adalah darah, ” jelas Ruswandi, ditemui di lobby belakang Apartemen Boulevard, kawasan Tanah Abang Jakarta Pusat, Jumat (8/5).

“Thalassemia ini terjadi akibat transfusi karena menumpuknya zat besi di dalam tubuh. Yang jelas, mencegah itu lebih murah daripada mengobati. 6700 penderita Thalassemia anak-anak di Indonesia sekarang . Kami ingin berjuang untuk memutus rantai agar tidak lebih banyak penderita penyakit ini, ” sambungnya.

Untuk diketahui, Thalassemia pada umumnya digolongkan berdasarkan rantai asam amino yang terinfeksi, yaitu alfa- thalassemia (melibatkan rantai alfa) dan beta- thalassemia (melibatkan rantai beta).

Pada umumnya, kebanyakan orang Indonesaia mengalami jenis beta- thalassemia. Sementara itu, WHO menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4,5 persen) membawa genetik Thalasemia.

Di Indonesia sendiri jumlah penderita Thalasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8,3 persen, dan sayangnya 90 persen penderita tersebut berasal dari kalangan masyarakat kurang mampu. Angka kejadian Thalasemia sampai saat ini belum bisa terkontrol dengan baik karena tersandung oleh faktor genetik dan belum maksimalnya tindakan screening.

Artikel ini ditulis oleh: