NTT, aktual.com – Terdapat delapan desa di Kabupaten Ende NTT belum tersentuh jaringan seluler berbasis internet sebagai syarat utama belajar daring yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia semasa mengahadapi bencana pandemi covid-19.
Sulitnya mengakses jaringan internet dalam pembelajaran daring membuat sejumlah siswa di Kabupaten Ende harus rela mencari tempat yang terdapat titik jaringan sekalipun tempat tersebut dalam kontur ketinggian dan mengancam nyawa siswa.
Hal itu dilakukan agar para siswa dapat mengerjakan tugas dan ujian sekolah ataupun melakukan pembelajaran tatap muka menggunakan virtual zoom bersama guru dan juga komunikasi bersama orang tua mereka.
Kebijakan Pemerintah balajar daring selama mengahadapi pandemi covid-19 dinilai tidak mengarah pada ketersediaan sarana pendukung pembelajaran di pelosok-pelosok desa terpencil di Indonesia khususnya di delapan desa di Kabupaten Ende yang hingga saat ini belum menikmati jaringan internet.
Xaferinus Roi Ora salah seorang guru dari Kecamatan Ende menunturkan, saat ini banyak sekolah di kabupaten Ende melaksanakan pembelajaran daring dari rumah namun kesulitan mengakses jaringan internet. Lanjutnya, jaringan internet sangat penting bagi siswa siswi sebagai sarana pendukung utama belajar siswa dalam mengikuti terapan Pemerintah.
“pembelajaran daring harus menetap di kota ende baik di kost maupun rumah famili. Dan bila memaksakan diri untuk pulang kampung maka harus berusaha mencari signal agar bisa mengikuti pembelajaran daring walaupun harus naik ke atas atap rumah.” Ujarnya.
Feri juga menyebut, masyarakat di zonasi itu juga harus berusaha cari signal ataupun jaringan internet untuk berkomunikasi dengan sanak saudara di perantauan walaupun harus naik ke atas atap rumah.
Delapan desa di Kabupaten Ende yang belum tersentuh jaringan internet jelas Feri, yakni Desa Mbani, Desa wologai, Desa Nua ja, Desa Mbotutenda, Desa Wawonato, Desa woropapa, Desa jejaraja dan Desa Mokeasa.
Artikel ini ditulis oleh:
Tatap Redaksi