Perajin membuat tempe dari kedelai impor di sentra industri tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (29/5). Perajin tempe di kawasan tersebut mengaku kewalahan memenuhi permintaan pada bulan Ramadan yang melonjak hingga dua kali lipat sehingga mereka harus melipatgandakan produksi dari 50 lonjor menjadi 110 lonjor tempe per hari. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/ama/17.

Jakarta, Aktual.com – Dewan Nasional yang mewadahi petani kedelai, The US Soybean Export Council (USSEC), menyebutkan sekitar 92-93 persen total kedelai yang diimpor Indonesia dari Amerika Serikat (AS) diserap untuk industri tempe.

“Dari total kedelai yang diimpor Indonesia, sekitar 90 sampai 92 persen diserap untuk produksi tempe, sisanya untuk kecap, olahan lain seperti tahu dan minuman,” kata Direktur Regional USSEC Asia Tenggara Timothy Loh dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/12).

Ia menyebutkan sekitar 2,5 juta metrik ton kacang kedelai AS telah diekspor ke Indonesia. Volume tersebut setara dengan 95 persen dari seluruh total kedelai yang diimpor Indonesia.

Kerja sama yang kuat terjalin di sektor kedelai antara AS dan Indonesia telah berlangsung lama, seiring dengan banyaknya pangan lokal Indonesia seperti tahu dan tempe yang berbahan baku kedelai.

Oleh karena itu, ia menilai bahwa Indonesia menjadi salah satu pasar ekspor yang penting bagi AS untuk komoditas kacang kedelai. Pada 2017, Indonesia menjadi pengguna terbesar ketiga dari kacang kedelai AS (US Soybean).

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid