Jakarta, Aktual.co — Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier kembali menyinggung kebijakan Pemerintah yang menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp2000 menjadi Rp8500 untuk Premium dan Solar menjadi Rp7500.
Menurutnya, dengan naiknya harga BBM sebesar Rp2000 per liternya, maka telah meningkatkan pengeluaran masyarakat berlipat-lipat dan angkanya jauh jika dibanding dengan yang diterima oleh negara.
“Pemerintah itu menaikan harga minyak Rp2000 dari yang disubsidikan sekitar 50 juta Kiloliter (Kl), di mana itu menjadi pemasukan baru. Artinya Pemerintah menerima sekitar Rp100 triliun dari kenaikan BBM itu,” kata Fuad dalam acara Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Jumat (5/12) malam.
Akan tetapi, lanjutnya, total uang yang sebenarnya rakyat keluarkan pasca kenaikan BBM itu bisa melebihi dari apa yang negara dapatkan, bahkan bisa sampai Rp400 triliun. Karena harga bahan-bahan pokok semua naik, sehingga pengeluaran tambahan bukan hanya untuk BBM, tapi untuk kebutuhan yang serba naik juga.
“Ilmunya Jokowi itu saya nggak sampai, entah apa tujuan Jokowi menaikan BBM,” sindir Fuad.
Ia mengungkapkan, saat ini harga minyak dunia sedang turun, bahkan di Malaysia saja harga BBM jenis Ron 92 (setara Pertamax) sedang turun.
“Ron 92 di sana (Malaysia) harganya di kisaran Rp8000 tanpa subsidi. Lah kita, harga premium Ron 88 sampai Rp8500, sudah gitu masih disebut subsidi. Ga logis. Ini ngambil untungnya kebanyakan? Atau ada yang nyatut?,” ucapnya.
Fuad mengkritisi alasan Presiden Joko Widodo yang menyebut kenaikan harga BBM disebabkan karena subsidi salah sasaran dan lebih banyak dinikmati oleh orang kaya. Fuad menilai alasan tersebut sangat tidak masuk akal, lantaran tidak banyak juga orang kaya yang tidak berkenan mengisi kendaraannya dengan Premium yang dianggap tidak bagus untuk kendaraan.
“Alasannya, salah sasaran, dinikmati oleh orang kaya. Saya dengernya cuma bisa jawab, sakarepmu. Orang ketika BBM naik yang pertama kali teriak itu para pengguna motor dan supir angkot kok, bukan orang-orang yang punya mobil mewah,” kata Fuad.
“Pertanyaan besarnya, kenaikan harga BBM ini desakan siapa? Tekanan siapa? Kan pasti ada tekanan. Ini adalah tekanan perusahaan minyak asing yang sudah lama bermain di hulu dan ingin masuk bermain di hilir. Mereka ingin bermain di SPBU-nya. Selama ini kan SPBU mereka mati, dengan selisih harga yang sekarang sudah menjadi tipis ini jelas akan semakin membuat asing gencar membangun SPBU,” sambungnya.
Artikel ini ditulis oleh:
















