Jakarta, Aktual.co — Desain patung “warak ngendog” sebagai ikon Kota Semarang, Jawa Tengah, yang akan dibangun di Taman Pandanaran disoal sejumlah kalangan karena di Desain patung “warak ngendog” sebagai ikon Kota Semarang, Jawa Tengah, yang akan dibangun di Taman Pandanaran disoal sejumlah kalangan karena dinilai tidak melalui kajian mendalam.
“Konsep fisik patung ‘warak ngendog’ yang dibuat Pemerintah Kota Semarang di Taman Pandanaran tak sesuai dengan budaya dan tradisi,” kata budayawan Semarang Djawahir Muhammad di Semarang, Kamis (04/12).
Hal tersebut diungkapkan Djawahir pada audiensi Forum Budayawan Semarang dengan jajaran pimpinan DPRD Kota Semarang, salah satunya menyoal pembangunan patung “warak ngendog” di Taman Pandanaran.
“Warak ngendok” adalah hewan imajiner perpaduan dari bentuk binatang naga dan kambing yang menjadi maskot Kota Semarang dan kerap ditampilkan dalam berbagai kegiatan seni, seperti Pawai Seni Dugderan.
Djawahir mengatakan bentuk patung ‘warak ngendog’ sebagai ikon Kota Semarang yang akan dibangun di Taman Pandanaran telah mengalami degradasi dari bentuk aslinya, terutama pada bentuk kepalanya.
“Kalau sesuai bentuk aslinya, kepala ‘warak ngendog’ bentuknya cenderung menyerupai kepala kambing. Bagian kepala kotak bersudut lurus, garisnya cenderung kaku, seperti kepala kambing,” katanya.
Sementara bentuk patung yang akan dibangun Pemkot Semarang, kata dia, menyerupai kepala “liong” (naga), serta tidak ada “endog” atau telurnya, padahal telur bagian tak terpisahkan dari “warak ngendog”.
Menurut dia, pelestarian simbol sesuai aslinya sangat penting karena memiliki nilai filosofis dan kultur budaya, seperti “warak ngendog” sebagai pemersatu tiga etnis di Semarang, yakni Tionghoa, Arab, dan Jawa.
“Karena itulah, kami khawatir dengan rencana Pemkot Semarang melakukan pembangunan patung ‘warak ngendog’ di Taman Pandanaran, termasuk di sejumlah taman kota, kalau tak sesuai aslinya,” tukas Djawahir.
Senada dengan itu, Ketua Dewan Kesenian Kota Semarang (Dekase) Mulyo Hadi Purnomo menduga Pemkot tidak melakukan kajian mendalam ketika akan melaksanakan pembangunan, termasuk patung “warak ngendog”.
“Karena tidak melakukan kajian mendalam akhirnya muncul persoalan ketika proses pembangunan berlangsung, apalagi “warak ngendog” merupakan identitas dan berkaitan dengan karakter budaya,” jelasnya.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Ulfi Imran Basuki menegaskan hingga kini belum ada bentuk baku perwujudan binatang imajiner “warak ngendog”, termasuk di kalangan budayawan.
“Untuk menghindari persoalan, kami putuskan menggunakan desain di lomba desain warak 2005 untuk membuat patung di Taman Pandanaran Semarang. Itu setelah kami melakukan kajian,” pungkas Ulfi.
Artikel ini ditulis oleh:

















