Jakarta, Aktual.co —  Pengamat pasar modal Muhammad Alfatih menilai bahwa pergerakan bursa saham Indonesia masih dipengaruhi sentimen global terutama dari ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS (Fed rate) pada 2015 mendatang.

“Ekonomi Amerika Serikat yang cenderung mengalami perbaikan akan mendorong suku bunga AS naik, di sisi lain Tiongkok masih melambat sehingga pasar AS akan dinilai lebih menarik dibandingkan Asia, termasuk Indonesia,” ujar Muhammad Alfatih yang juga Kepala Riset PT Samuel Sekuritas di Jakarta, Kamis (27/11).

Ia mengharapkan bahwa pemerintahan saat ini dapat menjaga pertumbuhan ekonomi domestik sehingga sentimen eksternal tidak terlalu mempengaruhi pasar keuangan, terutama pasar modal Indonesia.

“Secara struktural, perbaikan sudah dilakukan pemerintah yakni dengan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Diharapkan perbaikan internal bisa atasi kondisi global,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, diharapkan juga suhu politik di indonesia tidak kembali memanas sehingga tidak mempengaruhi psikologis pelaku pasar dalam menginvestasikan dananya di pasar saham dalam negeri.

“Saat ini cukup hangat suhu politik di dalam negeri, ke depannya pasar akan mencermati bagaiman pemerintah bisa menanganinya, sehingga positif bagi pasar modal,” katanya.

Presiden & Founder PT Astronacci International Gema Goeyardi menambahkan bahwa pemerintah yang sudah menaikan harga BBM subsidi memberi harapan bagi Indonesia ke depan sektor infrastruktur akan berkembang sehingga mendorong ekonomi Indonesia ke depan.

“Meski kenaikan BBM subsidi akan memicu inflasi, namun saya yakin pemerintah memiliki cara dalam meredam laju inflasi ke depan. Diperkirakan efek kenaikan BBM hanya berlangsung selama tiga bulan kedepan saja,” ucapnya.

Ia memproyeksikan bahwa sektor saham yang dapat menopang pergerakan indeks BEI yakni dari sektor properti, konsumer, dan perbankan.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka