Jakarta, Aktual.co — Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan perlu dilakukan reasuransi di Indonesia. Namun, hal yang berbeda justru dikatakan oleh pengamat ekonomi.
Ekonom dari Standart Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan sulit untuk menumbuhkan industri reasuransi di Indonesia. Pasalnya,  di Indonesia yang ada hanya membayar premi, tanpa exchange dan broker.
“Sepertinya sulit, karena kalau di Indonesia yang ada adalah bayar premi, tapi menanggung risiko sedikit. Sedangkan di dunia asuransi pasar global, disana ada exchange dan broker nya,” ujar Fauzi di HOTEL Grand Hyatt Jakarta, Rabu (26/11).
Lebih lanjut dikatakan dia, perusahaan asuransi di Indonesia belum mampu untuk menampung semuanya, termasuk risiko yang begitu besar. Jadi, menurutnya reasuransi lebih aman dilakukan di luar negeri.
“Soal kepemilikan, karena besar sekali risikonya kalau dilempar ke luar negeri, mereka juga punya end takers lagi, ini akan di match,” jelasnya.
Fauzi memberikan saran untuk mengatasi defisit transaksi berjalan yang lebih realistis adalah dengan peninjauan kembali pelarangan ekspor mineral mentah. Menurutnya dengan begitu akan menghasilkan keuantungan mencapai USD5 miliar per tahun.
“Peninjauan kembali larangan ekspor mineral mentah, ini bisa menghasilkan USD5 miliar per tahun,” pungkas Fauzi.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka