Jakarta, Aktual.co — Anggota Komisi IV DPR Mamur Hasanuddin mengatakan, petani dan nelayan merupakan kelompok pertama yang akan merasakan dampak signifikan akibat penaikan harga BBM bersubsidi.

Sebab, kata dia, kedua kelompok masyarakat ini mendominasi angka kemiskinan nasional.

“Penaikan harga premium bersubsidi dari Rp 6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per liter, dan solar Rp 5.500 per liter menjadi Rp 7.500 per liter, secara spontan akan meningkatkan angka kemiskinan,” kata dia di Jakarta, Rabu (19/11).

Jumlah masyarakat miskin, terutama yang bekerja sebagai petani dan nelayan diperkirakan naik apabila pemerintah tidak segera menetralisir dengan program tepat sasaran. Program itu pun sebaiknya dilaksanakan dalam jangka panjang.

Hal itu, kata dia, berdasarkan data statistik dari BPS, Maret 2014, jumlah penduduk miskin sebesar 28,3 juta jiwa yang tersebar di kota dan desa atau 11,25 persen dari penduduk Indonesia.

Standar yang digunakan sebagai batas kemiskinan berdasar pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp 302.735.

Padahal, menurut Mamur, standar yang dipakai BPS masih terlalu rendah.

“Dengan angka, 300 ribuan rupiah per kapita bulan, artinya hanya Rp 10.000 per kapita per hari. Padahal untuk hidup layak saat ini seharusnya Rp 30.000 rupiah per kapita per hari, yang artinya Rp 9.000 per kapita per bulan,” kata dia.

Dia merasa yakin, apabila standar kemiskinan Rp 900.000 per kapita per bulan, jumlah penduduk miskin di Indonesia bisa dua atau tiga kali lipat jumlahnya, dan menembus angka 30 persen lebih penduduk Indonesia.

Pada penaikan harga BBM kali ini, Mamur sangat tidak yakin pemerintah dapat menjamin semua harga selain BBM yang naik, harga komoditas lain tidak akan berubah.

“Dapat dipastikan, bahwa kenaikan BBM ini akan menjadi bola salju beban ekonomi rakyat. Harga semua komoditas akan mengekor kenaikan BBM, karena semua barang sangat terpaut dengan distribusi. Beban ekonomi ini akan semakin membesar yang berujung pada penggelembungan angka kemiskinan,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: