Jakarta, Aktual.co — Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi saat ini kurang tepat. Alasannya, pertama, harga minyak mentah dunia sedang turun, berada di bawah harga 80 USD. Kedua, sistem penanggulangan dampak kenaikan harga BBM belum disiapkan secara sistematis.
“Ketiga, kontrol terhadap gejolak ekonomi dan sosial belum ada langkah nyata. Misalnya, belum ada langkah kongkrit untuk mengendalikan inflasi. Akibatnya, harga kebutuhan pokok melambung lebih dulu sebelum kenaikan BBM,” kata Karyono kepada Aktual.co di Jakarta, Senin (18/11).
Lanjutnya, keempat, ada momentum hari Natal di bulan Desember yang bisa memicu dobel inflasi. Kelima, beberapa negara seperti China dan Malaysia justru menurunkan harga BBM sesuai dengan menurunnya harga BBM dunia.
“Kebijakan ini pasti akan menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Jokowi-JK karena membuat kebijakan yang membebani kehidupan rakyat,” ucapnya.
Sementara itu, anggota DPR RI fraksi PDI-P Effendy Simbolon mengatakan bahwa dirinya sangat menyesalkan keputusan yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo itu.
“Semoga Tuhan mengampuni mereka,” kata Effendy kepada Aktual.co melalui pesan singkatnya.
Ketika ditanyai terkait alokasi dana subsidi yang berkisar Rp120 triliun, lantaran belum ada konsultasi dari Pemerintah kepada DPR, akan dikemanakan alokasi dana subsidi itu, Effendy menjawab bahwa dana tersebut akan digunakan untuk kepentingan neoliberal.
“Mau dipakai untuk biaya konser perayaan bangkitnya neolib,” tukasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka