Jakarta, Aktual.co —Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai ada bebeberapa faktor yang membuat para siswa membuat kumpulan atau geng di sekolahnya.
Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Susanto, mengatakan faktor pertama yang membuat siswa membentuk geng di sekolahnya yakni lantaran mereka diinisiasi untuk show eksklusifitas kepada kelompok lain.
“Kecenderungannya pencarian identitas diri,” ujarnya, di Jakarta, Senin (18/11).
Lalu ada faktor regenerasi atau tradisi turun temurun dari kakak kelas atau alumni dan disertai ancaman dari pihak lain, sehingga siswa membentuk geng sekolah.
Tak hanya itu, ujar Susanto, adanya ancaman dari kelompok eksternal juga bisa membuat siswa membuat geng. Contohnya ada kelompok geng yang mengancam sekolah tertentu. “Sehingga siswa di sekolah itu membuat geng.” Menurut Susanto, pihak sekolah dalam hal ini mesti benar-benar memberikan perhatian dan jangan sampai geng-geng tersebut berkembang di sekolah. Karena faktor permisifitas (pembiaran) dari sekolah juga bisa membuat geng-geng itu semakin berkembang. 
Untuk mengantisipasi munculnya bibit-bibit geng di sekolah-sekolah, menurutnya, perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi ke seluruh warga dan sekolah-sekolah.
“Sekolah juga harus mendeteksi sejak dini terhadap aktifitas siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah,” ujar Susanto. 
Sekolah juga harus mampu membangun sistem kontrol yang ketat agar tidak kecolongan dengan kehadiran geng-geng tersebut. “Membangun mekanisme monitoring yang baik oleh pihak sekolah agar tidak ada bibit geng pelajar.”
Beban berat bagi sekolah untuk memberantas bibit-bibit geng yang bisa memicu terjadinya konflik internal maupun eksternal. 
Namun dengan tekad yang kuat dan bantuan dari seluruh warga sekolah bisa mewujudkan sekolah yang bebas dari geng-geng yang kerap memicu terjadinya tawuran antar sekolah di Jakarta ini.
Diberitakan sebelumnya, dinas Pendidikan DKI mengatakan telah mengantongi 15 geng di sekolah-sekolah yang ditengarai jadi pemicu tawuran antar sekolah yang kerap terjadi di Jakarta. Ke-15 geng itu diketahui sudah diwanri-wanri agar membubarkan diri.
Kehadiran geng-geng di sekolah diduga merupakan bibit faktor tawuran antar sekolah. Pihak sekolah seolah membiarkan munculnya geng-geng anarkisme tersebut. Akhirnya Dinas Pendidikan pun turun tangan dengan mendata sekolah mana saja yang memiliki geng dan membubarkan organisasi ilegal tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: