Jakarta, Aktual.co — Selain membicarakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, patut diwaspadai adalah masalah pengisian  Direktur Utama Pertamina. Ada dorongan sekelompok orang untuk menempatkan kroninya di puncak posisi strategis perusahaan hilir migas ini.
Demikian disampaikan oleh Hendrajit peneliti Global Future Institute dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Sabtu (15/11)
Hendrajit menjelaskan bursa calon Dirut Pertamina ini akan dimainkan oleh Wapres Jusuf Kalla- Soemarno Connection dengan motif menguasai lahan hilir migas ini.  
Indikasinya, kata Hendrajit, menguatnya manuver Wakil Presiden Jusuf Kalla dan kelompok kepentingan Ari Soemarno cs di Pertamina, maka merekrut dan memilih Direktur Utama Pertamina dari luar Pertamina, bisa dibaca sebagai upaya mengabaikan kompetensi dan pengalaman panjangnya dalam penguasaan lingkup  Migas baik dalam lingkup strategis maupun teknis profesional bidang Migas.  
“Motif mereka yakni mengondisikan Pertamina untuk masuk dalam skema privatisasi yang dirancang oleh para pihak yang menganut haluan paham neoliberal dalam perekonomian nasional kita,” sergahnya.
Melihat kondisi tersebut, bursa calon Direktur Utama Pertamina  nampaknya  mengerucut pada  dua nama. Dan keduanya dari kalangan eksternal Pertamina untuk menjalankan setting privatisasi Pertamina.
“Dua nama itu yakni Rinaldi Firmansyah direkomendasikan oleh Menko Ekonomi Sofyan Djalil dan kawan-kawan. Sedangkan  Widhyawan Prawiraatmadja atas rekomendasi dari Menteri ESDM Sudirman Said. Sedangkan Ahmad Faisal diplot untuk posisi komisaris. Ketiga orang tersebut semuanya merupakan Ari Soemarno Connection,” katanya..
Hendrajit juga mengatakan lagi, menelisik skenario Menteri Negara BUMN Rini Sumarno, nampaknya agenda privatisasi Pertamina akan menjadi prioritas dalam rangka meliberalisasikan  sektor hilir Dan untuk itu mendukung skema ini, akan menjadi tugas pokok Dirut Pertamina Baru.
“Inilah skema Meneg BUMN yang perlu diwaspadai, karena besar kemungkinan muara dari skema ini adalah agar korporasi-korporasi asing bisa masuk ke Pertamina,” ungkapnya lagi.
Tak pelak lagi, manuver Rini Sumarno tidak  bisa dilepaskan dari tali-temali yang mengaitkan kepentingan bersama antara Wakil Presiden Jusuf Kalla dan kroni bisnis Migas Ari Sumarno.

Artikel ini ditulis oleh: