Jakarta, Aktual.co — Berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kebocoran terbesar PT Pertamina (Persero) terletak pada sektor hilir. Di mana sektor tersebut mengalami kebocoran lebih dari 20 persen dibanding sektor hulu yang kurang dari 20 persen.
Anggota BPK bidang VII, Achsanul Qosasih mengatakan bahwa sektor hilir bagi perusahaan pelat merah merupakan hal yang penting. “Kalau bicara Pertamina dan selalu menyalahkan sektor hulunya, ah crude oilnya mahal, pembelian minyak mahal, disitu sumber kebocoran menurut pemeriksaan BPK ga lebih dari 20 persen, karena sudah diatur oleh harga internasional, di sana, di hulu,” ujar Achsanul di Jakarta, Rabu (29/4).
Menurutnya, justru yang paling sensitif berada pada sektor hilir, yakni di pompa-pompa bensin dan di depo-depo pengisian BBM. “Itu jutaan ton, hilir yang harus di benahi, nah disini kita lengah. Kita selalu bicara dihulu, Petral (anak usaha Pertamina, PT Pertamina Energy Trading Ltd) ditutup, saya bilang Petral itu anda tutup yah tutup. Itu perusahaan dari dulu yah perusahaan mati,” ungkap dia.
Ia menilai, dibubarkannya Petral bukanlah prestasi Pertamina yang patut diapresiasi. Pasalnya, memang sudah sejak lama Petral itu hanya menjadi perusahaan mati. “Apakah ditutupnya Petral kemudian dikatakan Pertamina hebat? Tidak, karena memang petral itu perusahaan kosong,” tukasnya.

Artikel ini ditulis oleh: