Jakarta, Aktual.co — Kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada Rabu (Kamis pagi WIB), di tengah laporan PDB yang lebih lemah dari perkiraan dan pernyataan kebijakan Federal Reserve yang dipantau secara cermat.
Produk domestik bruto (PDB) riil AS hanya meningkat pada tingkat tahunan 0,2 persen di kuartal pertama tahun ini, menurut perkiraan awal yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada Rabu. PDB kuartal pertama menunjukkan penurunan tajam dari kecepatan 2,2 persen pada kuartal sebelumnya dan di bawah konsensus pasar meningkat 1,0 persen.
Greenback berada di bawah tekanan lebih lanjut ketika pernyataan Fed baru dirilis setelah pertemuan kebijakan moneter dua hari pada Rabu, menunjukkan para pejabat terutama fokus pada pelemahan ekonomi dalam beberapa bulan terakhir. Menurut pernyataan itu, pertumbuhan ekonomi AS telah “melambat” sejak pertemuan Fed terakhir pada Maret, menurunkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga bunga secepatnya pada Juni.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,90 persen menjadi 95,228 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,1114 dolar dari 1,0979 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,5430 dolar dari 1,5337 dolar di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik ke 0,8033 dolar dari 0,8015 dolar.
Dolar AS dibeli 119,01 yen Jepang, lebih tinggi dari 118,87 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS merosot ke 0,9397 franc Swiss dari 0,9542 franc Swiss, dan turun menjadi 1,2012 dolar Kanada dari 1,2031 dolar Kanada.
Seperti diwartakan, Federal Reserve atau bank sentral AS pada Rabu (Kamis WIB) membiarkan rentang waktu untuk kenaikan suku bunga tetap terbuka, menyusul pelambatan musim dingin yang menghentikan pertumbuhan ekonomi AS.
Setelah lebih dari satu tahun mengisyaratkan bahwa mereka akan mulai menaikkan suku bunga federal funds pada pertengahan 2015, The Fed hanya mengatakan pihaknya akan bergerak ketika melihat perbaikan lebih lanjut di pasar tenaga kerja dan yakin bahwa inflasi akan meningkat dalam jangka menengah.
Tetapi pengatur kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan, setelah pertemuan dua hari, bahwa ia yakin pelambatan pada kuartal pertama “sebagian” mencerminkan faktor-faktor sementara, dan bahwa ekonomi akan kembali melanjutkan ekspansinya pada “kecepatan moderat”. Itu menunjukkan bank masih memperkirakan untuk memulai serangkaian kenaikan suku bunga di bulan-bulan mendatang, meskipun tidak mungkin pada Juni, seperti yang banyak analis telah perkirakan sampai baru-baru ini.
Bank sentral telah mempertahankan suku bunga acuan Fed funds pada tingkat nol sejak akhir 2008, menjaga kebijakan moneter yang luar biasa longgar untuk mendukung pemulihan dari resesi besar. Prospek suku bunga AS yang lebih tinggi telah menimbulkan gelombang di pasar global selama hampir dua tahun, mengirim dolar naik tajam dan memicu arus keluar modal dari ekonomi-ekonomi lebih lemah.
Dalam pernyataannya setelah pertemuan, FOMC menyoroti beberapa faktor yang menyebabkan ekonomi melambat menjadi hanya tumbuh 0,2 persen secara tahunan pada kuartal pertama, yakni kenaikan moderat lapangan pekerjaan, investasi tetap bisnis dan pengeluaran rumah tangga melambat, serta ekspor menurun.
Tetapi bank sentral juga mencatat kekuatan yang bisa mendukung “rebound” di kuartal kedua. “Pendapatan riil rumah tangga naik tajam, sebagian mencerminkan penurunan harga energi sebelumnya, dan sentimen konsumen tetap tinggi,” katanya.
FOMC mengatakan pihaknya memperkirakan pasar pekerjaan akan terus membaik, setelah hasil buruk pada Maret mematahkan serangkaian kinerja kuat selama 12-bulan yang menambahkan 3,4 juta pekerjaan bagi perekonomian.
Bank mencatat bahwa meskipun inflasi tetap rendah, diperkirakan bahwa harga akan meningkat dan mulai bergerak menuju target 2,0 persen dalam jangka menengah.
Artikel ini ditulis oleh: