Jakarta, Aktual.co — Presiden Amerika Serikat Barack Obama, hari ini, Minggu (9/11) bertolak menuju Tiongkok. Kepergiannya untuk lawatan yang akan memusatkan agenda pada hubungan yang kerap tegang antara Washington dengan negara itu, dan juga akan mengunjungi Myanmar serta Australia.

Kunjungan di Tiongkok akan didominasi dengan pertemuan antara Obama dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyebut, hubungan antara kedua negara adi daya itu sebagai hubungan yang “paling penting” di dunia saat ini, sebab diwarnai dengan ketegangan menyangkut masalah Laut Tiongkok Selatan, aksi mata-mata dunia maya serta hak-hak asasi manusia.

Dalam lawatannya kali ini, Obama didampingi Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice serta penasihat senior dan Pfeffer.

Di Myanmar, Obama akan bertemu dengan Presiden Thein Sein serta tokoh oposisi Aung San Suu Kyi serta menghadiri pertemuan puncak negara-negara ASEAN di Naypyidaw.

Washington berpacu untuk menormalisasi hubungannya dengan Myanmar setelah berlangsungnya reformasi di negara tersebut, mencabut sebagian besar sanksi yang diterapkan AS terhadap junta militer.

Namun, pekan ini Suu Kyi memperingatkan bahwa perubahan berjalan lambat dan bahwa AS bersikap terlalu optimistik soal proses reformasi.

Gedung Putih mengatakan pihaknya tetap berkomitmen terhadap reformasi demokratis di Myanmar.

“Kami akan menggarisbawai komitmen Amerika Serikat dalam hal perlindungan hak-hak asasi manusia, toleransi dan kemajemukan serta melanjutkan dan memperkuat peralihan demokratis,” kata Rice.

Dalam lawatan presiden Obama ke Brisbane, Australia, untuk menghadiri pertemuan puncak G20, masalah kerusuhan di Ukraina juga bisa menjadi pusat perbincangan.

Obama kemungkinan akan melakukan pertemuan dengan mitranya dari Rusia, Vladimir Putih, untuk membahas masalah Ukraina.

Tidak ada jadwal bagi pertemuan-pertemuan resmi, namun kedua belah pihak tidak menutup kemungkinan bagi adanya pertemuan secara tak resmi.

Terakhir kali kedua pemimpin itu bertemu secara langsung adalah pada Juni lalu di Prancis.

Korea Utara juga bisa menjadi agenda pembahasan, menyusul tibanya dua warga negara Amerika Serikat pada Sabtu setelah mereka dibebaskan dari penjara. Obama menyebut pembebasan itu sebagai peristiwa yang “bagus”.

Lawatan ke tiga negara itu dilakukan Obama setelah ia mengalami pekan yang sulit terkait pukulan keras yang dialami kubu Demokrat dalam pemilihan umum, yang hasilnya adalah bahwa kubu Republiken mengambil alih kendali di Senat.

Obama harus dapat meyakinkan mitra-mitranya di dunia internasional bahwa ia masih dapat bersikap tegas di dalam negeri di saat ia harus mengendalikan hubungan luar negeri pada masa dua tahun terakhir jabatannya di Gedung Putih.

Presiden AS itu juga harus meyakinkan mitra-mitranya di Asia bahwa ia berniat untuk menyeimbangkan kembali hubungan diplomatiknya di kawasan –yang merupakan salah satu pilar dari kebijakan hubungan luar negerinya– di tengah berlangsungnya krisis di Irak, Suriah dan Ukraina.

Artikel ini ditulis oleh: