Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 47 poin menjadi Rp12.155 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.108 per dolar AS.

“Rupiah melemah mengikuti pelemahan mata uang di negara kawasan Asia menyusul menurunya data PMI (Purchasing Manager Index) Tiongkok,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis (6/11).

Ia menambahkan pelemahan rupiah juga dipicu dari data produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal III 2014 yang menunjukkan perlambatan menjadi 5,01 persen dari kuartal sebelumnya 5,12 persen.

Di saat yang sama, lanjut dia, Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (IHSG BEI) yang sempat menguat di pembukaan tadi juga berbalik arah ke area negatif.

“Hari ini (Kamis, 5/11), mata uang rupiah berpeluang mengalami pelemahan kembali,” katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, angka penjualan ritel di negara-negara kawasan Euro juga melambat, kondisi itu cukup untuk membawa dolar AS kembali naik walaupun pada saat yang sama mayoritas data AS yang diumumkan juga mengalami perlambatan.

Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa faktor internal terkait kepastian besaran kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih membayangi pergerakan rupiah.

Menurut dia, kepastian besaran kenaikan BBM cukup penting karena akan mempengaruhi inflasi ke depannya.

Diharapkan pemerintah dapat menjaga harga-harga bahan pokok agar tidak mengalami kenaikan secara berlebihan.

“Secara historis, setelah kenaikan BBM harga bahan pokok melambung cukup tinggi karena pemerintah kurang menjaga kenaikannya,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka