Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, melemah 20 poin menjadi Rp12.130 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.110 per dolar AS.

“Faktor internal menggerus mata uang rupiah, pelaku pasar sedang menanti besaran kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi,” ujar Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Rabu (5/11).

Menurut dia, kepastian besaran kenaikan BBM cukup penting karena akan mempengaruhi inflasi ke depannya. Diharapkan pemerintah dapat menjaga harga-harga bahan pokok setelah merealisasikan kenaikan BBM subsidi agar inflasi tidak terlalu tinggi.

“Secara historis, setelah kenaikan BBM harga bahan pokok melambung cukup tinggi karena pemerintah kurang menjaga kenaikannya,” ucapnya.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar keuangan juga akan menilai efek kenaikan harga BBM bersubsidi itu terhadap APBN. Jika dampaknya tidak terlalu signifikan maka diproyeksikan rupiah akan terus berada dalam area negatif.

Kendati demikian, menurut dia, sejauh ini nilai tukar rupiah masih bertahan di level yang relatif cukup baik. Ekonomi indonesia yang masih mengalami pertumbuhan menjadi salah satu faktornya.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih di atas 5 persen masih bagus,” katanya.

Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan bahwa data aktivitas sektor jasa Tiongkok menunjukkan penurunan sehingga membuat investor khawatir dengan kinerja neraca perdagangan Indonesia.

“Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang Indonesia, jika disana mengalami penurunan ekonomi maka dampaknya bisa ke kinerja neraca perdagangan Indonesia,” katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu (5/11) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.092 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.130 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka