Jakarta, Aktual.co — Khawatir atas membludaknya sampah pada permukaan bumi, menginspirasi Aisyah Odist untuk menuliskan buku ‘Mengelola Bank Sampah Bersistem Konvensional Berbasis Rumah Tangga’, yang di-launching Selasa (28/10) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Buku ‘Mengelola Bank Sampah Bersistem Konvensional Berbasis Rumah Tangga’ dicetak sebanyak 250 eksemplar. Kegiatan ini disponsori JICA untuk pembiayaan mencetak buku, sedang PLN NTB menjadi mitra dalam program CSR dan BPD PHRI menjadi sponsor launching buku.
“Tujuan saya menulis buku ini adalah semata-mata ingin berbagi dengan rekan-rekan sesama pengelola bank sampah, sekaligus mengajak pihak terkait untuk bahu-membahu mencari solusi atas permasalahan sampah,” kata Aisyah, ketika menyampaikan sambutan.
Permasalahan sampah, dijabarkan Aisyah pada buku, bermula dari acuan data Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bahwa rata-rata setiap penduduk Indonesia setiap hari menghasilkan 2 kg sampah per orang. Data tahun 2010 menunjukkan jumlah sampah per hari adalah 200 ribu ton, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 490 ribu ton/hari.
Sebesar 50 persen sampah berasal dari rumah tangga, yang ternyata belum ditangani dengan baik. Baru sekitar 24,5 persen sampah rumah tangga di Indonesia yang ditangani dengan metode benar, yakni diangkut dan selanjutnya dikomposkan. Sisanya, 75,5 persen sampah belum ditangani dengan baik.
Ketiadaan penanganan secara baik, membuat sampah berpotensi menimbulkan berbagai hal negatif, seperti menyebabkan penyakit, menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfir bumi, merusak pemandangan dan menjadi penyebab terjadinya banjir.
Salah satu penanganan sampah agar tidak menjadi sumber berbagai permasalahan adalah dengan mendirikan bank sampah. Bank ini berstrategi dengan menerapkan ‘reuse, reduce, recycle’ (3R) dalam pengelolaan sampah. Pada bank ini, sampah disamakan kedudukannya dengan bentuk nominal uang atau barang, sehingga dapat ditabung. Hal ini membuat bank sampah memiliki peran dalam memberdayakan masyarakat, membuka kesempatan kerja dan memberikan penghasilan tambahan kepada warga dengan menjadi nasabah bank tersebut.
Apabila menjadi nasabah, maka masyarakat dapat melakukan penyetoran tabungan sewaktu-waktu. Hanya saja, yang disetor bukan uang tunai, melainkan sampah. Selanjutnya, sampah itu akan ditimbang petugas bank dan dicatat di buku rekening.
Misi utama bank sampah adalah mengubah sampah menjadi komoditas bernilai ekonomis, mengurangi volume sampah plastik, jadi wadah kreativitas semua lapisan masyarakat, sosialisasi penanganan sampah melalui program 3R, membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan pemberdayaan keterampilan untuk kelompok masyarakat, misalnya karang taruna, remaja masjid dan PKK.
Pembahasan tentang pengelolaan bank sampah pun dibahas dengan cermat, sehingga bisa menjadi sumber referensi bagi siapa saja yang ingin mempraktikkannya. Penulis mengulas cara merekrut nasabah, mekanisme operasional bank, proses pengelolaan baik yang berbasis industri maupun rumah tangga, serta cara membuat berbagai kerajinan berbahan baku sampah plastik.
Bank Sampah NTB Mandiri Keuletan Aisyah mengurusi sampah, berawal dari keprihatinan mendalam melihat banyaknya tebaran sampah di berbagai objek wisata di Lombok.Keprihatinan ini yang mendorongnya mendirikan Bank Sampah NTB Mandiri (NTBM).
Bank sampah ini telah menangani lebih dari 115 ribu sampah plastik untuk dijadikan berbagai produk kerajinan yang bernilai ekonomis dan telah dipasarkan hingga ke pasar mancanegara.
Aisyah juga berperan dalam memberikan pelatihan bagi 2.000 orang lebih untuk mengikuti pelatihan pengelolaan sampah, dan mengajak kerja sama dengan 18 perajin tetap dan puluhan bank sampah di wilayah NTB dalam jaringan koordinasi NTBM.

Artikel ini ditulis oleh: