Jakarta, Aktual.co — Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Sumatera Bagian Utara, Hanif Rusjdi, mengatakan sekitar 40 persen produksi minyak nasional sebesar 815.000 barel/hari tahun 2014 berasal dari Provinsi Riau.
“Produksi minyak dari Riau mencapai 40 persen dari produksi nasional, paling besar dari Chevron Pacific Indonesia,” kata Hanif Rusjdi kepada Antara di Pekanbaru, Selasa (28/10).
Ia menjelaskan, SKK Migas wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) membawahi lima provinsi penghasil migas antara lain Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Pada lima provinsi tersebut terdapat 64 kontraktor kontrak kerjasama (KKKS), terdiri dari 27 yang melakukan eksploitasi dan 36 masih eksplorasi.
Produksi minyak di wilayah Sumbagut mencapai 44,7 persen secara nasional, dengan produksi paling besar berasal di Riau yang mencapai 40 persen atau sekitar 326.000 barel per hari. Menurut dia, ada 22 KKKS di Riau dengan rincian 11 melakukan eksplorasi dan sisanya sudah eksploitasi.
Ia mengatakan, produksi minyak saat ini belum bisa memenuhi target pemerintah dalam APBN-Perubahan 2014 yang sebesar 818.000 barel per hari.
“Salah satu sebabnya adalah PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang sebelumnya memproyeksikan produksi bisa mencapai 330.000 hingga 350.000 barel per hari (bph) ternyata belum mampu merealisasikannya,” ujarnya.
Dia menambahkan hal tersebut juga disebabkan proyek pemulihan minyak dipertingkat (EOR) menggunakan metode penyuntikan surfaktan CPI baru akan membuahkan hasil pada 2017. “Program EOR yang sekarang belum terealisasi.
Meski begitu, ia mengatakan kinerja KKKS di Riau berdasarkan pelaksanaan WnPB (Work Plan and Budgeting) 2014 sudah cukup baik. Ia mengatakan produksi PT. CPI sudah mencapai 98 persen dari target 303.000 bph.
Sejumlah perusahaan lain juga tercatat berkinerja cukup baik, seperti Energi Mega Persada (EMP) Malacca Strait produksinya mencapai 80 persen dari target 6.447 bph, dan Badan Operasi Bersama (BOB) PT. Pertamina-PT. Bumi Siak Pusako produksinya sudah mencapai 93 persen dari target 14.571 bph.
Ia mengatakan, kendala untuk memenuhi target produksi yang paling utama adalah dalam perizinan dan pembebasan lahan. Kemudian ada juga hambatan teknis seperti pengadaan rig, tenaga kerja, dan hambatan dari penghentian produksi yang tidak terencana (unplanned shutdown). “Kita berusaha mengatasi unpanned shutdown dari sebelumnya mencapai 12 persen jadi tinggal satu persen,” ujarnya
Artikel ini ditulis oleh:
Eka